KOTA Semarang tidak hanya dikenal dengan pesona perkotaannya, tetapi juga menyimpan kekayaan budaya yang terus dilestarikan melalui pengembangan desa wisata. Salah satunya terlihat di Desa Wisata Nongkosawit, Kecamatan Gunungpati, yang menghadirkan destinasi unik bernama Omah Pang, sebuah rumah kayu tradisional yang menyuguhkan suasana masa lampau di tengah kehidupan modern.
Omah Pang berada di RT 2 RW 1, tepat di sebelah utara Kantor Kelurahan Nongkosawit. Bangunan ini terbuat dari ranting pohon jati dan dibangun sebagai bagian dari pengembangan wisata budaya di kawasan tersebut. Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kandang Gunung, Warsono, menjelaskan bahwa rumah tersebut merupakan replika dari hunian tradisional masyarakat Jawa kuno yang hidup secara nomaden atau berpindah-pindah tempat.
Menurut Warsono, inspirasi pembangunan Omah Pang datang dari keinginan masyarakat untuk memperkenalkan kembali kearifan lokal dan sejarah nenek moyang kepada generasi masa kini, sekaligus menjadi daya tarik bagi wisatawan. Rumah kayu ini menggambarkan bentuk arsitektur Jawa primitif yang pernah menjadi bagian dari kehidupan masa silam.
Dibangun secara swadaya oleh masyarakat setempat, Omah Pang tidak hanya menjadi objek foto bagi wisatawan, tetapi juga menjadi media edukatif bagi anak-anak dan pelajar yang ingin belajar sejarah budaya Jawa secara langsung. Keberadaan bangunan ini menambah daya tarik Desa Wisata Nongkosawit yang selama ini dikenal dengan panorama alamnya.
Pemerintah setempat turut mendukung pengembangan desa wisata berbasis budaya ini melalui promosi dan pembinaan terhadap kelompok masyarakat yang terlibat. Harapannya, wisata seperti Omah Pang dapat menjadi simbol pelestarian nilai-nilai tradisional sekaligus mendorong perekonomian warga melalui sektor pariwisata.
Dengan adanya Omah Pang, Nongkosawit membuktikan bahwa pelestarian budaya tidak harus terpisah dari inovasi pariwisata. Justru dengan mengangkat identitas lokal, desa ini mampu menciptakan destinasi unik yang bernilai sejarah dan edukatif bagi seluruh kalangan.
Redaksi01 – Alfian