UPAYA pengembangan pariwisata berbasis desa di Kalimantan Selatan semakin menggeliat. Salah satu inisiatif yang menarik perhatian publik adalah penyelenggaraan festival kuliner tradisional di Desa Batulicin Irigasi, Kecamatan Karang Bintang, Kabupaten Tanah Bumbu. Festival ini dinilai mampu mengangkat potensi lokal menjadi kekuatan ekonomi baru di pedesaan.
Festival yang digelar rutin setiap bulan tersebut tidak sekadar menyuguhkan makanan tradisional seperti tiwul, getuk lindri, cenil, dan cendol, tetapi juga mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal melalui penyajian yang unik, seperti penggunaan gelas tanah liat. Lebih dari sekadar atraksi, festival ini mulai dilihat sebagai sarana strategis membangun ekonomi berbasis budaya.
Kepala Desa Batulicin Irigasi, Supriyadi, mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari langkah terstruktur desa dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi berbasis pertanian terpadu. “Kami tidak ingin desa hanya jadi penonton. Melalui festival ini, kami mengajak warga menjadi pelaku aktif pembangunan,” ujarnya pada Kamis (27/06/2024).
Di balik festival, terdapat sinergi antara pemerintah desa, masyarakat, dan berbagai pemangku kepentingan, termasuk DPRD Kabupaten Tanah Bumbu. Dukungan ini tidak hanya berbentuk moral, tetapi juga nyata dalam penyediaan infrastruktur. Salah satunya adalah pemasangan lampu taman dan pemetaan kebutuhan fasilitas publik yang dilakukan oleh DPRD setempat.
Anggota DPRD Tanah Bumbu, Makhruri, bahkan mengusulkan agar festival ini masuk dalam kalender rutin kabupaten dan didukung penuh oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Menurutnya, festival ini sangat potensial menjadi lokomotif wisata desa yang berkelanjutan.
“Kami mendukung penuh festival ini menjadi agenda resmi daerah. Tapi kunci utamanya adalah infrastruktur. Akses jalan harus dibuka agar mobilitas wisatawan, khususnya dari Banjarmasin, semakin lancar,” ujar Makhruri.
Ia juga menyebutkan bahwa festival ini dapat menjadi bagian penting dari pengembangan Agrotechno Park yang tengah dirintis di wilayah tersebut. Dengan konsep pariwisata berbasis pertanian dan budaya, desa ini berpeluang menjadi percontohan nasional dalam pembangunan wisata berbasis masyarakat.
Di tengah tantangan globalisasi yang kerap mengikis identitas lokal, festival kuliner ini justru menghadirkan harapan baru: bahwa desa tidak harus berubah menjadi kota untuk maju, tapi cukup menggali potensi asli yang dimilikinya. Dalam konteks ini, Batulicin Irigasi sedang membuktikan bahwa warisan kuliner masa lalu bisa menjadi aset masa depan.
REDAKSI01-ALFIAN