MANADO DESA NUSANTARA Target pemerintah mencapai rasio elektrifikasi 100 persen melalui program Listrik Desa dinilai akan membawa dampak signifikan bagi masyarakat, khususnya dalam menggerakkan perekonomian rakyat di wilayah terpencil. Ketersediaan energi listrik disebut sebagai fondasi penting bagi pertumbuhan usaha kecil, UMKM, hingga sektor pertanian.
Pakar ekonomi dari Universitas Negeri Manado, Dr. Robert R. Winerungan, menilai bahwa akses listrik yang menjangkau hingga pelosok desa akan mendorong peningkatan produktivitas masyarakat melalui pemanfaatan teknologi dalam aktivitas ekonomi.
“Energi listrik itu jantung ekonomi. Energi yang tersedia hingga pelosok membuat daerah makin maju, produktivitas meningkat. Misalnya, tadinya mereka hanya menjemur hasil pertanian manual, tapi dengan listrik terjangkau, mereka bisa memakai teknologi pengering,” ujar Robert dalam diskusi publik bertema “Satu Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran dari Sudut Pandang Energi” di Manado, Sulawesi Utara.
Ia menambahkan, perluasan jaringan listrik juga akan berdampak pada sektor informal, seperti penggilingan padi, pendingin ikan, hingga industri rumah tangga agar dapat beroperasi lebih optimal. Dampak lanjutan dari kondisi tersebut diyakini mampu menurunkan angka kemiskinan di wilayah pedesaan.
Robert juga menekankan bahwa elektrifikasi berpengaruh langsung terhadap kualitas pendidikan dan layanan kesehatan.
“Elektrifikasi itu investasi manusia. Ini akan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan,” tegasnya.
Sementara itu, pakar energi dari Universitas Sam Ratulangi, Reynaldo Joshua Salaki, menyatakan bahwa target elektrifikasi nasional merupakan bagian penting dari peta jalan transisi energi. Menurutnya, kehadiran listrik di desa terpencil berpotensi meningkatkan produktivitas pelaku UMKM.
“Produksinya membutuhkan mesin yang bergantung pada listrik. Jika listrik masuk, UMKM di sana bisa lebih maju, dampaknya tidak hanya soal penerangan,” ujarnya.
Namun demikian, Reynaldo menilai tantangan utama bukan pada sisi teknologi, melainkan pada manajemen energi dan distribusi. Potensi energi air, surya, dan angin yang besar di Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal akibat kendala penyimpanan energi.
“Produksi energi tidak akan terdistribusi jika tidak ada penyimpanan yang sesuai. Kita butuh storage untuk menjaga stabilitas energi, terutama karena cuaca dan kondisi alam tidak selalu stabil,” jelasnya.
Ia menambahkan, capaian elektrifikasi 100 persen dapat mempercepat adopsi energi baru dan terbarukan melalui pembangkit skala kecil berbasis komunitas.
Dalam kesempatan yang sama, pakar kebijakan publik Universitas Sariputra Indonesia Tomohon, Apriles A. Mandome, menilai perluasan listrik desa sebagai bagian dari upaya mewujudkan kedaulatan energi nasional. Ia mendorong pelibatan koperasi dan badan usaha milik desa (BUMDes) dalam pengembangan energi desa.
“Kekuatan masyarakat desa melalui BUMDes bisa dimaksimalkan untuk mengembangkan listrik berbasis sampah. Ini baik untuk menstimulasi ekonomi desa dan memberi keuntungan bagi masyarakat,” tuturnya.
Apriles menegaskan bahwa pemerataan akses energi akan memperkecil kesenjangan antara wilayah perkotaan dan pedesaan.
“Ini langkah yang baik dilakukan pemerintah,” ungkapnya.
Redaksi01-Alfian
Desa Nusantara Jaringan Media Desa Nusantara