PERINGATAN 80 Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia memiliki makna mendalam bagi Bupati Maros, Chaidir Syam. Sehari menjelang perayaan kemerdekaan, Sabtu (16/08/2025), ia meresmikan tiga ruang baca baru, yakni Perpustakaan Desa Nisombalia, Perpustakaan Desa Caradde Borimasunggu, serta Balla Baca Rakyat Koramil 1422-01/Lau.
Peresmian ini bukan sekadar seremoni, melainkan bagian dari komitmen pemerintah daerah untuk memperkuat budaya literasi sebagai pondasi pembangunan sumber daya manusia. Chaidir Syam menegaskan bahwa langkah ini sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, khususnya misi pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan, kesehatan, dan teknologi.
“Alhamdulillah, bertepatan dengan 80 Tahun Kemerdekaan Indonesia, kami dapat meresmikan tiga ruang baca desa dan rakyat. Ini menjadi wujud nyata dukungan terhadap peningkatan Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat dan Tingkat Kegemaran Membaca di Maros,” ujar Chaidir.
Maros sendiri tercatat sebagai kabupaten dengan Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) tertinggi di Sulawesi Selatan, mencapai 90,94 persen pada tahun 2024, berdasarkan kajian Perpustakaan Nasional.
Menariknya, salah satu ruang baca yang diresmikan, Balla Baca Rakyat Koramil Lau, digagas oleh Mayor Inf Dr. Khaedir Makkasau, M.Ag. Inisiatif ini melanjutkan kiprah sebelumnya dengan menghadirkan Bola Baca di Koramil Mandai. Kehadiran perpustakaan berbasis masyarakat tersebut menunjukkan bahwa penguatan literasi bukan hanya urusan pemerintah, tetapi juga hasil kolaborasi dengan masyarakat dan institusi lainnya.
Tokoh literasi nasional, Bachtiar Adnan Kusuma, mengapresiasi langkah Chaidir Syam yang dianggap mampu menghadirkan teladan bagi kepala daerah lain. “Apa yang dilakukan Bupati Maros patut menjadi inspirasi nasional. Pejabat publik harus berperan aktif dalam membangun ekosistem literasi yang sehat dan berkelanjutan,” ujarnya dari Kota Bau-Bau, Sulawesi Tenggara.
Peresmian tiga perpustakaan desa ini menjadi hadiah kemerdekaan yang sarat makna. Tidak hanya menandai usia 80 tahun Indonesia, tetapi juga memperkuat pijakan menuju Indonesia Emas 2045 dengan literasi sebagai kunci pembangunan bangsa.
Redaksi01-alfian