DI TENGAH pembahasan serius tentang perubahan arah pembangunan desa melalui Musyawarah Desa (Musdes) Perubahan RPJMDesa, Pemerintah Desa Wiritasi Kecamatan Kusan Hilir justru menghadirkan kabar menggembirakan bagi para orang tua. Pemerintah desa resmi menetapkan kebijakan gratis biaya pendidikan untuk seluruh siswa TK Anggrek Desa Wiritasi, terhitung mulai tahun ajaran 2025.
Kebijakan ini diumumkan langsung oleh Kepala Desa Wiritasi, Abdul Razak, seusai mengikuti Musdes di kantor desa. Ia menyatakan bahwa seluruh biaya pendidikan di TK Anggrek—mulai dari biaya pendaftaran, seragam, atribut sekolah, perlengkapan alat tulis, hingga iuran SPP selama satu tahun—akan ditanggung penuh melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) Wiritasi Tahun Anggaran 2025.
“Jadi semua anak warga kami yang sekolah di TK Anggrek cukup membawa dirinya saja, karena semuanya ditanggung,” ujar Abdul Razak dengan penuh optimisme.
Langkah ini menjadi bentuk nyata komitmen desa dalam mendukung akses pendidikan anak usia dini, sekaligus menegaskan bahwa pembangunan desa tidak hanya soal infrastruktur, tetapi juga menyentuh sektor fundamental seperti pendidikan.
Kebijakan ini juga sejalan dengan inisiatif Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Tanah Bumbu yang tengah menggencarkan program kunjungan pembelajaran pengembangan desa. Salah satu fokusnya adalah mendorong model kebijakan progresif yang berpihak pada warga, terutama dalam hal pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Kepala Sekolah TK Anggrek, Masdiana, menyampaikan rasa syukur atas perhatian besar pemerintah desa terhadap sektor pendidikan. “Alhamdulillah, kami sangat bersyukur dengan adanya bantuan ini. Semua siswa kami bisa belajar dengan baik, rajin, dan nyaman, karena semua yang dibutuhkan sudah terpenuhi,” ucapnya.
Kebijakan ini diharapkan menjadi model yang dapat direplikasi oleh desa-desa lain di Kabupaten Tanah Bumbu maupun di tingkat nasional. Ketika pendidikan menjadi prioritas utama, maka investasi sosial terhadap generasi masa depan pun mulai ditanamkan dari titik paling awal: di desa, untuk anak-anak desa.
Redaksi01-Alfian