PEMERINTAH Desa Kayuputih, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng menunjukkan komitmennya dalam mengatasi persoalan stunting melalui pelaksanaan Rembuk Stunting yang digelar pada Sabtu (28/06/2025). Kegiatan ini tidak hanya menjadi forum musyawarah, tetapi juga bentuk nyata konsolidasi lintas sektor demi menekan prevalensi stunting di tingkat desa.
Acara yang digelar di ruang rapat Kantor Desa Kayuputih ini dibuka langsung oleh Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan dilanjutkan dengan sambutan dari Perbekel Desa Kayuputih, Kadek Dina Nuriani. Turut hadir pula perwakilan dari Camat Banjar, Kepala Puskesmas Banjar II, serta berbagai unsur masyarakat dan lembaga desa.
Tidak kurang dari sembilan elemen hadir dalam rembuk ini, di antaranya perangkat desa, Ketua Tim Penggerak PKK, kader TPK, petugas PLKB, kader BKB, kader Posyandu, kader Remaja Desa Sehat (RDS), hingga kepala sekolah TK Kunarastana. Materi rembuk disusun dan dipaparkan oleh Kader Pembangunan Manusia (KPM) Desa Kayuputih, yang telah melakukan pemetaan awal kondisi stunting.
Perbekel Kadek Dina menekankan bahwa penanganan stunting tidak bisa dilakukan secara parsial atau seremonial. “Ini bukan hanya soal gizi, tapi juga sanitasi, pola asuh, hingga layanan dasar. Maka sinergi dari semua elemen masyarakat menjadi krusial,” ujarnya.
Dalam forum tersebut, dibahas berbagai faktor penyebab stunting yang relevan dengan kondisi lokal, termasuk kebiasaan makan anak, cakupan imunisasi, dan akses air bersih. Selain itu, ditetapkan pula rencana aksi bersama, mulai dari pelatihan ibu hamil, pemantauan tumbuh kembang balita, hingga kampanye sadar gizi secara berkelanjutan.
Stunting merupakan salah satu isu krusial yang tengah dihadapi Indonesia. Meski prevalensinya secara nasional menunjukkan penurunan, namun angka stunting di tingkat desa masih menunjukkan kesenjangan. Oleh karena itu, pendekatan berbasis komunitas seperti yang dilakukan Desa Kayuputih dinilai menjadi kunci.
Kepala Puskesmas Banjar II melalui perwakilannya juga menyampaikan bahwa program percepatan penurunan stunting akan efektif jika dikawal langsung oleh desa sebagai pelaksana terdepan pembangunan. “Monitoring rutin dan pelibatan kader-kader lokal adalah kekuatan utama kita di lapangan,” tegasnya.
Rembuk ini menjadi refleksi bahwa upaya pembangunan kesehatan masyarakat harus dibangun dari bawah, dengan memperkuat kapasitas desa sebagai garda depan. Masyarakat tidak hanya menjadi objek program, tetapi juga subjek yang aktif dalam menciptakan generasi bebas stunting di masa depan.
Redaksi01-alfian