Limboto Bangkit Lewat Desa Terapung Bambu

BUKAN hanya soal keindahan visual, kemunculan Floating Bamboo Village di atas Danau Limboto, yang viral sejak awal Juni 2025, menjadi bukti bahwa masyarakat bisa menjadi aktor utama dalam menyelamatkan lingkungan sembari menciptakan peluang ekonomi. Inisiatif lokal ini menunjukkan bahwa konservasi bisa bermitra dengan inovasi—dengan bambu dan semangat warga sebagai fondasinya.

Desa terapung ini dibangun bukan oleh perusahaan besar, melainkan oleh warga sekitar dan komunitas kreatif yang sadar bahwa masa depan Danau Limboto bergantung pada tangan mereka sendiri. Material bambu dan kayu yang digunakan dalam pembangunan rumah-rumah panggung serta jembatan penghubung bukan hanya ramah lingkungan, tetapi juga mudah dirakit dan tidak merusak dasar danau.

Lebih dari sekadar destinasi wisata, Floating Bamboo Village merupakan model kolaborasi antara pelestarian dan pemberdayaan. Tanaman air yang mengelilingi kawasan ini berfungsi sebagai penyaring alami dan penyeimbang ekosistem danau, sekaligus elemen estetika yang memperkuat daya tarik wisata.

“Ini bukan proyek pemerintah atau investor luar. Ini murni gerakan kami untuk menyelamatkan lingkungan sambil membuka mata pencaharian baru,” kata seorang inisiator desa apung saat ditemui pada Jumat (27/6/2025).

Danau Limboto telah lama mengalami tekanan ekologis: sedimentasi, konversi lahan, dan minimnya kontrol tata ruang menyebabkan penyusutan luasan danau dari lebih 5.000 hektare menjadi di bawah 3.000 hektare. Floating Bamboo Village hadir sebagai respon kreatif terhadap kenyataan pahit itu.

Melalui pendekatan rendah biaya dan tinggi partisipasi, warga membangun desa apung yang kini mulai dikunjungi wisatawan lokal dan nasional. Selain menjadi ruang rekreasi, lokasi ini juga dimanfaatkan sebagai tempat edukasi mengenai pentingnya konservasi air, pengenalan ekoteknologi, serta pelatihan sadar lingkungan untuk generasi muda.

Wisatawan yang datang tidak hanya sekadar berfoto, tetapi ikut menyaksikan bahwa kolaborasi antara manusia dan alam masih mungkin dilakukan—dengan nilai ekonomi, sosial, dan ekologi yang saling menguatkan.

Floating Bamboo Village menjadi bukti bahwa pembangunan destinasi wisata tidak harus selalu bermodal besar. Yang utama adalah visi kolektif, keberanian mencoba, dan kemauan menjaga alam sebagai warisan bersama.

REDAKSI01-ALFIAN

About redaksi01

Check Also

Kolam Renang Desa, Simbol Kemandirian Getasblawong

DEMAK — Pemerintah Desa Getasblawong, Kecamatan Cepogo, tengah melakukan terobosan penting dalam upaya peningkatan kesejahteraan …

Kauman Heritage, Desa Wisata Baru Penggerak UMKM Banyumas

BANYUMAS — Peresmian Kampung Kauman Heritage di Desa Sudagaran, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas, menjadi simbol …

Hari Bhayangkara, Polisi Hijaukan Desa Wisata Terong

BELITUNG — Momentum peringatan Hari Bhayangkara ke-79 Tahun 2025 dimanfaatkan oleh jajaran kepolisian dan pemangku …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *