JATINANGOR — Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Yandri Susanto, memberikan peringatan tegas kepada para kepala daerah agar tidak mengabaikan pembangunan desa, demi mencegah ancaman urbanisasi masif seperti yang kini dialami Jepang dan Korea Selatan.
Pernyataan itu disampaikan Yandri saat menjadi pembicara dalam agenda retreat kepala daerah gelombang kedua yang berlangsung pada Selasa (24/06/2025) di Kampus IPDN Jatinangor, Jawa Barat. Dalam forum tersebut, hadir sebanyak 86 kepala daerah dari berbagai wilayah Indonesia.
“Karena kita tidak mau terjadi seperti sekarang di Jepang. Hanya 7 persen penduduknya yang tinggal di desa. Semua berpindah ke kota, dan akibatnya harga beras di sana sangat mahal dan langka. Korea Selatan mengalami hal serupa,” ujar Yandri.
Ia menegaskan bahwa mengabaikan pembangunan desa bisa berujung pada ketimpangan demografis dan melemahnya ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu, ia meminta seluruh kepala daerah memberikan perhatian serius terhadap pembangunan desa sebagai bagian dari strategi pembangunan jangka panjang.
Mengapa pembangunan desa penting? Yandri menilai desa adalah fondasi negara yang menyuplai kebutuhan dasar seperti pertanian dan pangan. Ketika desa ditinggalkan, maka negara akan kehilangan sumber daya utamanya dan bergantung pada impor.
Untuk itu, ia mengajak para kepala daerah agar menjadikan desa sebagai pusat pertumbuhan baru, tidak hanya secara ekonomi, tetapi juga sosial dan budaya. Pemerintah pusat, menurut Yandri, siap memberikan dukungan kebijakan dan anggaran agar desa-desa tidak tertinggal dan tetap menjadi tempat tinggal yang layak dan produktif.
Dengan mengangkat pengalaman negara lain sebagai cermin, Yandri berharap Indonesia tidak mengulangi kesalahan serupa dan justru memperkuat desa sebagai kekuatan pembangunan nasional.