SIBANG KAJA – Desa Sibang Kaja, yang terletak di Kabupaten Badung, Bali, menjadi bukti nyata bagaimana alam dan budaya dapat bersatu dalam harmoni yang lestari. Desa ini dikenal akan semerbak bunga cempaka yang memenuhi udara pagi dengan aroma menenangkan serta keberadaan Pura Puseh, tempat suci yang menjadi pusat spiritual dan budaya masyarakat setempat. (6/06/25).
Bunga cempaka, yang tumbuh subur di berbagai penjuru desa, tidak hanya mempercantik lanskap alam, tetapi juga memainkan peran penting dalam kehidupan religius warga. Dalam tradisi Hindu Bali, bunga ini kerap dijadikan bahan utama dalam canang sari—persembahan suci sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Hyang Widhi. Warga Sibang Kaja merawat pohon cempaka dengan sepenuh hati, sebagai wujud penghormatan terhadap alam yang telah memberikan mereka kedamaian dan keindahan.
Selain aroma yang menenangkan, kehadiran pohon-pohon cempaka juga menjadi simbol keterikatan kuat antara masyarakat desa dengan alam sekitarnya. Setiap pohon yang tumbuh dirawat dan dijaga keberlangsungannya agar keindahan ini bisa diwariskan kepada generasi mendatang.
Di tengah desa, berdiri megah Pura Puseh, tempat pemujaan bagi Dewa Wisnu sebagai penjaga dan pemelihara alam semesta. Arsitekturnya khas Bali, dengan ukiran penuh filosofi yang menghiasi gerbang utama. Pura ini tidak hanya menjadi lokasi pelaksanaan upacara suci, melainkan juga ruang spiritual untuk refleksi dan ketenangan jiwa. Keharuman cempaka yang menguar di sekeliling pura menambah kekhusyukan dalam setiap prosesi.
Komitmen warga Desa Sibang Kaja terhadap kelestarian adat istiadat juga terlihat dari berbagai program yang melibatkan generasi muda. Melalui pelatihan seni tari, pembuatan persembahan, hingga kegiatan sosial, para pemuda diajak berperan aktif menjaga warisan leluhur. Bendesa Adat Sibang Kaja menegaskan pentingnya keterlibatan generasi penerus dengan menyatakan, “Iraga sareng sami dados program yowana sane mawinan ngajegang adat miwah budaya,” yang berarti ajakan bersama untuk menjadikan program kepemudaan sebagai garda pelestarian budaya.
Desa ini juga terbuka bagi wisatawan yang ingin menyelami kehidupan adat Bali secara langsung. Pengunjung dapat mengikuti berbagai kegiatan budaya, mencicipi kuliner tradisional, hingga menikmati keindahan alam yang masih alami. Melalui interaksi ini, terjadi pertukaran nilai yang memperkuat hubungan antara masyarakat lokal dan dunia luar.
Dengan semangat gotong royong dan kesadaran kolektif untuk menjaga lingkungan serta tradisi, Desa Sibang Kaja menjadi contoh bagaimana sebuah komunitas adat bisa tetap relevan di tengah arus modernisasi. Harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas di desa ini menjadi inspirasi bahwa pelestarian budaya bukanlah beban, melainkan warisan berharga yang harus dijaga dan dirayakan. []
Redaksi10