PANDEGLANG – Transformasi digital kini bukan lagi sekadar wacana, khususnya di wilayah pedesaan. Desa Bandung, Kecamatan Banjar, Kabupaten Pandeglang, membuktikan bahwa akses internet mampu menjadi solusi konkret dalam menjawab berbagai keterbatasan geografis dan ekonomi.
Dalam Dialog Pagi RRI Banten, Jumat (11/7/2025), Kepala Desa Bandung Wahyu Kusnadiharja mengungkapkan bahwa sejak dilantik pada 2021, dirinya menghadapi tantangan utama berupa keterbatasan jaringan internet. “Tahun 2022 kami lakukan musyawarah desa. Hasilnya muncul gagasan mendirikan unit usaha internet perdesaan melalui Bumdes,” ujarnya.
Gagasan tersebut kini telah diwujudkan melalui layanan internet desa yang menjangkau hampir seluruh wilayah Desa Bandung seluas 129 hektare. Dengan tarif akses yang sangat terjangkau, yakni hanya Rp2.000 per sambungan, masyarakat desa kini bisa menikmati jaringan internet yang stabil dan berkualitas.
Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Bandung menjadi pelopor dalam menyediakan 261 titik Wi-Fi di berbagai penjuru desa. Jaringan ini tidak hanya mempermudah komunikasi antarmasyarakat, tetapi juga membuka berbagai peluang baru di bidang usaha digital, pendidikan daring, hingga layanan keuangan berbasis digital.
“Masyarakat bisa bertransaksi digital, bahkan belajar membuat marketplace sendiri,” tambah Wahyu.
Dampak positif internet desa pun merambah berbagai sektor. Produk lokal seperti ikan masinonya kini menembus pasar Vietnam, kopi liar mulai dipromosikan ke Eropa dan Jepang, serta pengembangan wisata edukasi yang tengah dipersiapkan untuk mendatangkan wisatawan mancanegara. Bumdes juga menggandeng akademisi guna meningkatkan literasi digital masyarakat.
Lebih dari 200 warga terlibat dalam kegiatan pemberdayaan ekonomi berbasis internet desa, mulai dari budidaya ikan, anyaman pandan, penjualan pupuk, hingga penyediaan layanan jasa perbankan digital.
Wahyu optimistis kehadiran layanan internet desa menjadi fondasi kuat menuju kemandirian digital. “Kami targetkan dalam tiga tahun ke depan, produk desa sudah mendatangkan devisa, bukan sekadar rupiah,” tuturnya.
Redaksi03