SEBUAH insiden yang mengundang keprihatinan publik terjadi di Balai Desa Banyutengah, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik. Video yang viral di media sosial memperlihatkan kemarahan warga yang meledak, bahkan sempat terjadi pelemparan kursi di dalam balai desa. Akar masalahnya: dugaan pengabaian hak dasar warga atas fasilitas mobil siaga desa.
Kemarahan warga pecah menyusul kabar duka yang menyayat hati—seorang warga meninggal dunia setelah diduga mengalami keterlambatan penanganan medis karena diperlambatnya akses mobil siaga desa oleh perangkat desa.
Menurut informasi yang dihimpun, peristiwa memilukan ini terjadi pada Senin (30/06/2025) siang. Seorang warga dalam kondisi kritis disebut tidak segera mendapatkan bantuan mobil siaga untuk dilarikan ke fasilitas kesehatan. Prosedur berbelit serta dugaan sikap tidak responsif dari oknum perangkat desa diduga menjadi penyebab keterlambatan tersebut.
Kejadian ini menyoroti lemahnya sistem pengelolaan fasilitas layanan publik di tingkat desa, serta mencerminkan krisis empati dalam birokrasi desa.
Aksi protes warga yang terekam dalam video viral bukan sekadar ledakan emosional, tetapi juga simbol dari keresahan kolektif atas minimnya kepastian layanan dasar. Warga menuntut transparansi, evaluasi terhadap kinerja perangkat desa, serta reformasi dalam tata kelola fasilitas desa.
“Ini bukan hanya soal satu nyawa, tapi soal bagaimana negara hadir hingga tingkat desa,” ujar salah satu tokoh masyarakat yang enggan disebutkan namanya.
Meski belum ada pernyataan resmi dari Pemerintah Desa Banyutengah, beberapa warga menyebut bahwa pengajuan permintaan penggunaan mobil siaga seringkali dipersulit dengan alasan administratif. Padahal, dalam kondisi darurat, kecepatan adalah kunci penyelamatan.
Para aktivis dan pegiat sosial pun mulai mendorong audit terbuka terhadap pengelolaan fasilitas desa dan menuntut Pemerintah Kabupaten Gresik untuk turun tangan melakukan klarifikasi.
Redaksi01-Alfian