MELAWI – Stunting masih menjadi masalah di Kalimantan Barat (Kalbar). Karena itu organisasi kemanusiaan Wahana Visi Indonesia (WVI) melakukan intervensi stunting dengan Partnership to Accelerate Stunting Reduction in Indonesia (PASTI) di Melawi, Kalimantan Barat sejak 2023. Hasilnya, PASTI mengintervensi 905 anak di bawah dua tahun (baduta) di Kalbar.
Chief of Party PASTI WVI Maria Adrijanti menuturkan, program PASTI melakukan tiga pendekatan dalam upaya menurunkan angka stunting. Yakni, dengan intervensi gizi terpadu berbasis menu lokal sekaligus perubahan perilaku keluarga berisiko stunting, peningkatan kesadaran stunting kepada remaja atau calon pengantin, dan penguatan kelembagaan antar pemangku kepentingan. “Ketiga pendekatan dilakukan bersamaan,” paparnya.
Ketiga pendekatan tersebut menyasar bayi usia 6 bulan hingga 23 bulan, remaja, dan orang tua. Salah satu yang menarik program untuk orang tua berupa demo masak. Sehingga, para orang tua memiliki kemampuan dan pemahaman memenuhi gizi anak. “Demo masak ini menggunakan bahan lokal yang mudah didapatkan masyarakat,” ujarnya.
Berdasarkan hasil monitoring PASTI diketahui 77 persen anak baduta yang menjadi peserta mengalami kenaikan berat badan sebanyak 200 gram dalam 12 hari. Dia mengatakan, pada 2023 terdapat 905 anak baduta di Kalbar telah diintervensi dalam program PASTI. “Salah satu daerah yang dilakukan intervensi adalah Kabupaten Melawi dengan 57 desa di tiga kecamatan,” terangnya.
Melawi dipilih karena merupakan salah satu dari sepuluh kabupaten dengan angka prevalensi stunting tertinggi yakni 44,1 persen pada 2022 berdasar Survei Status Gizi Indonesia dan pada 2023 mencapai 35,3 persen berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia. “Program PASTI berkontribusi pada penurunan angka prevalensi stunting tersebut,” jelasnya.
Sementara relawan Pos Gizi DASHAT PASTI Maria Tresia mengatakan, program tersebut telah membangun pemahaman orang tua dalam pola pengasuhan, khususnya pemberian makanan bayi dan anak. “Selama ini orang tua kurang sadar dalam bahan makanan untuk anak, asal kenyang saja,” urainya.
Dia memberikan contoh di salah satu desa telah membuat empat anak baduta dari tujuh anak baduta mengalami kenaikan berat badan yang signifikan. “Dari 200 gram hingga 700 gram hanya dalam 12 hari program berjalan,” jelas perempuan yang juga Ketua Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) salah satu desa tersebut.
Sementara orang tua salah satu peserta bernama Tia, 28, mengatakan bahwa putranya mengalami kenaikan berat badan 400 gram hanya dalam 12 hari menjalani program tersebut. Apalagi, sekarang tidak perlu bingung menentukan menu bergizi untuk anaknya. “Menu yang diajarkan mudah dan bahannya bisa didapatkan dari lingkungan sekitar. Saya berharap anak tumbuh sehat,” jelasnya. []
Redaksi08