MALANG DESA NUSANTARA Pertunjukan Topeng Panji Kirana yang digelar di Taman Krida Budaya Malang kembali menjadi magnet bagi masyarakat, terutama kalangan muda, pada Sabtu (15/11/2025). Pementasan ini menghadirkan perpaduan antara kesenian Topeng Panji dan musik modern dari Arya Galih, serta menjadi agenda ketujuh yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur melalui UPT Laboratorium Pelatihan dan Pengembangan Kesenian (UPTLPPK).
Jumlah pengunjung tercatat meningkat drastis dibandingkan pementasan bulan sebelumnya. “Bulan Oktober kemarin tercatat 1.726 penonton. Untuk sekarang, yang terdaftar di aplikasi sudah 2.254. Kemungkinan totalnya bisa sampai 2.500 orang,” jelas Abdullah Afif, Kepala Seksi Laboratorium Kesenian UPTLPPK.
Menurutnya, mayoritas penonton didominasi mahasiswa karena lokasi pementasan yang berdekatan dengan sejumlah perguruan tinggi di Kota Malang.
Program pertunjukan rutin ini merupakan bagian dari upaya UPTLPPK untuk menghidupkan kembali kesenian tradisional yang mulai ditinggalkan, salah satunya Topeng Malang, yang memiliki sejarah panjang dan pernah mencapai masa keemasan pada era 1960–1970-an. Barari, staf UPTLPPK, menjelaskan bahwa minat masyarakat sempat merosot tajam hingga kesenian ini nyaris hilang dari peredaran.
“Topeng Malang dulu sangat berjaya, tapi setelah itu peminatnya menurun drastis. Kami kemudian mulai mendata kembali kesenian yang kurang berkembang, dan Topeng Malang menjadi salah satunya. Dengan dukungan dinas dan para seniman, akhirnya bisa digelar rutin di Taman Krida,” ujar Barari.
Pada pementasan kali ini, sebanyak 18 orang terlibat. Mereka terdiri dari 12 penari topeng, pemusik rekaman, dalang, sinden, serta tim musik Arya Galih yang membawa empat vokalis perempuan dan kru pendukung. Kolaborasi kesenian tradisional dengan musik Jawa modern membuat suasana panggung lebih segar dan dekat dengan selera penonton muda.
Afif berharap pada 2026 mendatang dapat terselenggara empat hingga lima pementasan dengan konsep berbeda. Ia juga mendorong agar kesenian lokal lainnya, seperti jaranan, dapat diusulkan menjadi warisan budaya UNESCO. “Kemarin reog sudah mendapatkan pengakuan UNESCO. Harapannya, karya seperti jaranan juga bisa menyusul,” tuturnya.
Antusiasme besar pada pertunjukan ini menandai kembalinya pesona seni topeng di Malang, yang kini mulai menemukan kembali peminat barunya dari kalangan generasi muda.
Redaksi01-Alfian
Desa Nusantara Jaringan Media Desa Nusantara