POHUWATO DESA NUSANTARA Inovasi ketahanan pangan yang digagas Pemerintah Desa Puncak Jaya, Kecamatan Taluditi, melalui BUMDes Panua Puncak Mandiri, menuai apresiasi dari Bupati Pohuwato, Saipul A. Mbuinga. Program budidaya ikan lele dengan sistem bioflok ini dinilai berhasil meningkatkan ekonomi masyarakat sekaligus memperkuat ketahanan pangan di wilayah pedesaan.
Apresiasi tersebut disampaikan Bupati Saipul saat meresmikan lokasi budidaya ikan lele di Desa Puncak Jaya. Ia mengaku bangga atas kreativitas pemerintah desa dan semangat masyarakat yang mampu memanfaatkan potensi lokal menjadi kekuatan ekonomi baru.
“Silakan dikatakan ini desa terpencil, tetapi dengan program luar biasa seperti ini, Puncak Jaya mampu mengangkat derajat desanya dan turut meningkatkan ekonomi masyarakat Pohuwato. Ini juga sejalan dengan pertumbuhan ekonomi kita yang mencapai 7,20 persen di tahun 2025, sebagaimana rilis Kemendagri,” ujar Bupati Saipul.
Bupati juga mendorong agar program bioflok terus dikembangkan. Ia menilai keberhasilan Desa Puncak Jaya menjadi bukti nyata bahwa inovasi berbasis potensi lokal dapat memperkuat ekonomi rakyat.
“Apa yang sudah berhasil dan laris di pasaran, silakan dikembangkan terus. Usaha ini sudah terbukti memberikan hasil nyata. Kami sangat mengapresiasi terobosan dan kerja keras Pemdes Puncak Jaya,” tambahnya.
Budidaya ikan lele di Desa Puncak Jaya kini berkembang pesat. Sekitar 70 persen warga menggantungkan hidup dari sektor perikanan, dengan hasil panen yang laris di pasar Kecamatan Taluditi.
Sementara itu, Kepala Desa Puncak Jaya, Abdul Halim Amrain, menjelaskan bahwa sistem bioflok diterapkan untuk menjaga kualitas ikan dan meminimalkan kerugian akibat predator di kolam terbuka.
“Bulan enam lalu kami sudah panen, dan saat ini kami kembali menebar benih lele karena permintaan di Taluditi cukup tinggi,” ungkap Kades Abdul Halim.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa pemerintah desa berencana menjadikan Puncak Jaya sebagai desa wisata buah, dengan mengintegrasikan potensi pertanian, perikanan, dan kehutanan.
“Sekitar 75 persen warga di sini memiliki kolam ikan. Jadi kami kolaborasikan wisata buah, hewani, dan nabati. Untuk sektor nabati, sudah ada sekitar 30 ribu pohon buah seperti alpukat, durian musangking, dan kakao yang diintervensi oleh KPH dan Dinas Kehutanan Provinsi. Tinggal menunggu waktu realisasinya,” jelasnya.
Kades Abdul Halim juga menekankan pentingnya pendampingan dari pihak terkait untuk mengatasi kendala teknis, terutama dalam pemeliharaan ikan.
“Kami optimistis, dengan pendampingan yang baik, Puncak Jaya bisa menjadi contoh desa mandiri dan produktif di bidang ketahanan pangan dan wisata desa,” pungkasnya.
Redaksi01-Alfian
Desa Nusantara Jaringan Media Desa Nusantara