Kampung Ayer, Desa Air Brunei yang Bertahan Ratusan Tahun

BANDAR SERI BEGAWAN DESA NUSANTARA – Di tengah modernisasi ibu kota Brunei Darussalam, terdapat sebuah kawasan yang tetap setia mempertahankan warisan tradisionalnya. Kampung Ayer, yang berarti “desa air”, berdiri di atas aliran Sungai Brunei dan telah berusia ratusan tahun. Meski dunia di sekelilingnya berubah, desa air ini tetap menjadi simbol ketahanan budaya masyarakat Brunei.

Sejak abad ke-15, ketika Sultan Muhammad mendirikan kerajaan Brunei di tepi sungai, kawasan ini telah memainkan peran penting. Sungai berfungsi bukan hanya sebagai jalur transportasi utama, tetapi juga sebagai sumber kehidupan. Demi kedekatan dengan air, warga memilih membangun rumah-rumah panggung yang berdiri di atas permukaan sungai. Pada masa awal, bahan sederhana seperti kayu dan bambu menjadi pilihan. Namun, seiring waktu, konstruksi berkembang dengan kayu jati maupun beton, sementara jembatan kayu diganti jembatan beton yang lebih kokoh.

Kampung Ayer tak hanya berfungsi sebagai kawasan pemukiman, melainkan juga pusat sosial dan ekonomi. Masjid, sekolah, pasar, hingga klinik berdiri di antara rumah-rumah panggung, menciptakan harmoni kehidupan yang unik. Pada abad ke-19, keberadaan desa ini menarik perhatian pengunjung asing. Wisatawan dari berbagai negara datang menyaksikan secara langsung bagaimana masyarakat hidup berdampingan dengan sungai.

Meski begitu, perkembangan kota Bandar Seri Begawan di daratan menyebabkan jumlah penduduk Kampung Ayer terus berkurang. Isolasi wilayah ini kian terasa pada dekade 1980-an, hingga pemerintah meluncurkan program revitalisasi. Infrastruktur diperbaiki, rumah-rumah tradisional direnovasi, listrik dipasok, dan akses transportasi ditingkatkan. Langkah ini tidak hanya menyelamatkan identitas budaya, tetapi juga menghidupkan kembali denyut kehidupan masyarakatnya.

Kini, sekitar 30 ribu orang masih menghuni Kampung Ayer. Jumlah itu jauh berkurang dibandingkan masa kejayaannya, tetapi cukup untuk menjaga keberlangsungan desa air sebagai ikon nasional. Kehadiran mereka membuktikan bahwa tradisi dan modernitas dapat berjalan berdampingan. “Desa air” ini pun tetap menjadi destinasi wisata utama Brunei, sekaligus contoh nyata tentang keberlanjutan hidup yang selaras dengan alam.

Kampung Ayer bukan sekadar objek wisata atau simbol sejarah, melainkan cermin ketahanan budaya. Di masa depan, desa ini diharapkan tetap berdiri sebagai pusat pelestarian tradisi, serta menjadi inspirasi bagi negara lain dalam menjaga identitas sambil beradaptasi dengan tantangan zaman.[]

Admin

About editor06

Check Also

Giethoorn, Desa Wisata Ramah Lingkungan dengan Transportasi Perahu

PDF 📄AMSTERDAM DESA NUSANTARA – Di tengah dunia modern yang penuh dengan deru kendaraan bermotor, Desa …

Kekhidmatan Warnai Pengajian Desa Cirinten

PDF 📄LEBAK BANTEN DESA NUSANTARA – nuansa religius dan kekhidmatan simpanan Kampung Dungkuk, Kecamatan Cirinten, …

Pengembangan Agrobisnis Ramah Lingkungan Dimulai dari Desa

PDF 📄UPAYA mendorong pertanian ramah lingkungan terus digencarkan. Tim Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *