DUKUNGAN terhadap Banda Heritage Festival 2025 tidak hanya datang dari pemerintah daerah, melainkan juga melibatkan langsung desa-desa di wilayah sekitar. Melalui inisiatif Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD), sedikitnya 18 desa di Maluku Tengah diwajibkan berkontribusi, baik dalam bentuk alokasi anggaran maupun fasilitas pendukung.
Jumlah kontribusi yang harus disiapkan setiap desa bervariasi, mulai dari Rp2 juta hingga Rp80 juta, tergantung kebutuhan program. Jika dijumlahkan, total dana yang terkumpul mencapai Rp887,5 juta. Dana ini diprioritaskan untuk mendukung kegiatan budaya, seperti pawai tradisional dan pemeliharaan perahu khas Banda.
Namun, dukungan desa tidak berhenti pada sisi pendanaan. Desa-desa juga diinstruksikan menyediakan homestay untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) yang datang, melakukan pembersihan lingkungan dari sampah, hingga memfasilitasi UMKM lokal agar terlibat dalam festival.
Kebijakan ini menimbulkan respons beragam. Di satu sisi, festival dipandang sebagai peluang memperkenalkan kearifan lokal Banda ke level nasional bahkan internasional, sekaligus menjadi motor penggerak ekonomi kreatif. Di sisi lain, sebagian desa menganggap kewajiban ini sebagai beban tambahan, terutama bagi desa dengan alokasi dana terbatas.
Pemerintah daerah menegaskan, partisipasi desa merupakan bentuk gotong royong untuk mengangkat citra Banda sebagai salah satu destinasi heritage unggulan. “Kita ingin festival ini menjadi kebanggaan bersama, dan desa memiliki peran penting sebagai wajah terdepan budaya,” ujar salah satu pejabat DPMD pada Minggu (24/08/2025).
Dengan demikian, Banda Heritage Festival 2025 tidak hanya menjadi agenda pariwisata, melainkan juga momentum untuk mengukur sejauh mana desa-desa mampu menjadi aktor utama dalam pelestarian budaya dan penggerak ekonomi lokal.
Redaksi01-alfian