DI TENGAH hamparan sawah hijau dan semilir angin pedesaan, Desa Bungkanel, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Purbalingga, menyimpan kisah yang tidak hanya tentang hasil bumi. Desa ini juga melahirkan kebanggaan lain yang membakar semangat warganya: PSB Bungkanel, tim sepak bola dengan julukan “Macan Trisi”.
Julukan ini sarat makna. Menurut perangkat desa, Yusufi Syamsi, kata “Macan” melambangkan kegigihan, keberanian, dan semangat pantang menyerah. Sementara “Trisi” diambil dari nama salah satu dusun di Bungkanel yang dikenal memiliki masyarakat pekerja keras dan pemberani.
PSB Bungkanel tidak hanya menjadi tim sepak bola, melainkan juga simbol persatuan desa. Setiap kali bertanding, dukungan warga mengalir tanpa henti. Suara tabuhan kentongan, kibaran bendera, dan yel-yel khas Macan Trisi menjadi pemandangan rutin di lapangan saat laga kandang.
Keberadaan tim ini juga memberi dampak positif bagi generasi muda. Pemerintah desa bersama tokoh masyarakat mendukung pembinaan pemain muda, memperbaiki fasilitas latihan, dan memfasilitasi partisipasi di berbagai turnamen. Semua dilakukan demi menjaga semangat Macan Trisi tetap menyala.
Di mata warga Bungkanel, PSB bukan hanya klub sepak bola, tetapi bagian dari jati diri mereka. Sebuah simbol bahwa kerja keras, keberanian, dan kebersamaan bisa tumbuh subur di tengah desa, sama suburnya dengan sawah-sawah yang mengelilingi Bungkanel.
Redaksi01-alfian