JEJAK budaya metalurgi di Desa Kranggan, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, kembali menggeliat berkat kolaborasi akademik dan dukungan pemerintah. Tim Kelompok Studi dan Penelitian (KSP) “Principium” dari Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret (UNS) menggagas inisiatif pelestarian sejarah pande besi pembuat keris yang telah lama memudar di kawasan tersebut.
Langkah ini turut mendapatkan perhatian dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, yang disampaikan langsung oleh Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin) saat audiensi bersama tim KSP UNS di rumah dinasnya, Jalan Rinjani, Kota Semarang.
“Kami sangat mengapresiasi upaya pelestarian budaya lokal yang dilakukan adik-adik mahasiswa. Ini bukan sekadar pengembangan desa, tapi juga upaya membangkitkan kembali identitas dan kebanggaan Jawa Tengah,” ujar Gus Yasin.
Ketua tim KSP FH UNS, Adinda Nurdiati Thaniana, menyampaikan bahwa fokus kegiatan mereka adalah menghidupkan kembali nilai historis metalurgi di Kranggan, termasuk warisan budaya Koripan yang menghasilkan banyak keris sebagai bagian dari identitas kebudayaan nasional.
“Desa Kranggan punya potensi luar biasa sebagai pusat pande besi, dan kami belajar banyak tentang pelestarian budaya metalurgi di sini. Sudah saatnya generasi muda mengenal kembali profesi empu keris yang mulia dan penuh makna,” tutur Adinda.
Upaya ini juga sejalan dengan inisiatif Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui program “Desa Maju dan Berdaya”, yang mendorong peningkatan kapasitas desa berbasis potensi lokal. Tidak hanya dari sisi ekonomi kreatif, tetapi juga pelestarian warisan budaya tak benda seperti keris yang telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan dunia.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Jawa Tengah yang turut mendampingi dalam audiensi tersebut menegaskan bahwa dukungan dari pemerintah kabupaten dan provinsi akan dikolaborasikan secara strategis untuk menjadikan Desa Kranggan sebagai salah satu ikon budaya metalurgi nasional.
Tim KSP Principium yang terdiri dari 15 mahasiswa ini merancang kegiatan mulai dari pemetaan budaya, dokumentasi sejarah empu keris, hingga pelatihan narasi digital bagi masyarakat desa, agar dapat turut mempromosikan potensi budaya secara mandiri dan berkelanjutan.
Dengan sinergi lintas sektor dan generasi ini, semangat revitalisasi Desa Kranggan menjadi lebih dari sekadar nostalgia masa lalu—melainkan lompatan menuju desa berbasis budaya masa depan.
Redaksi01-Alfian