PEMERINTAH Kabupaten Sumbawa melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) terus mendorong penguatan kapasitas desa lewat kunjungan pembelajaran pengembangan potensi desa. Langkah ini bukan hanya bentuk komitmen membangun dari pinggiran, tetapi juga membuka ruang kolaborasi antarwilayah yang lebih adaptif terhadap tantangan zaman, termasuk dalam mitigasi bencana.
Menariknya, di tengah keseriusan Sumbawa membangun desa, perhatian publik juga tertuju pada langkah cepat Bupati Indragiri Hilir, H. Herman, SE, MT, dalam merespons ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang melanda wilayahnya. Dengan lebih dari 135 titik panas terdeteksi di Provinsi Riau berdasarkan data BMKG, status Tanggap Darurat Karhutla telah resmi ditetapkan oleh Gubernur Riau, H. Abdul Wahid.
“Pemerintah daerah harus aktif turun ke masyarakat, sosialisasikan bahaya membakar lahan. Ini bukan hanya urusan ekologi, tapi juga keselamatan warga,” tegas Bupati Herman pada Rabu (24/07/2025).
Ia juga mendorong masyarakat untuk berani melapor apabila menemukan indikasi pembakaran hutan dan lahan. Hingga kini, sudah 44 tersangka diamankan terkait pembakaran lahan di wilayah Riau.
Meski berbeda konteks, antara pembangunan desa di Sumbawa dan penanggulangan karhutla di Indragiri Hilir, dua gerakan ini memperlihatkan wajah baru pemerintahan lokal: responsif, kolaboratif, dan berbasis partisipasi masyarakat.
“Gerakan pemberdayaan desa tak bisa dilepaskan dari kesiapsiagaan bencana. Desa-desa yang kuat harus juga punya sistem tanggap darurat yang tangguh. Ini bisa jadi pelajaran lintas daerah,” ujar Dr. Wening Kurnia, pakar kebijakan publik Universitas Mataram.
DPMD Sumbawa menyebut bahwa kunjungan pembelajaran ini juga membuka ruang diskusi antarperangkat desa mengenai penanganan risiko bencana berbasis komunitas. Menurut Kepala DPMD, inisiatif ini akan diperluas agar desa tak hanya unggul secara ekonomi, tetapi juga adaptif terhadap iklim dan lingkungan.
Ketika Sumbawa membangun dari bawah dan Indragiri Hilir berjibaku dengan api, keduanya memperlihatkan wajah Indonesia yang resilien. Karena sesungguhnya, desa adalah benteng pertama, baik dalam pembangunan maupun dalam bencana.
Redaksi01-Alfian