Desa Ruang, Kecamatan Satar Mese Utara, Kabupaten Manggarai, mengembangkan budidaya ayam petelur sebagai strategi memperkuat ketahanan dan kemandirian ekonomi desa. Melalui pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Usaha Bersama Ruang, sektor peternakan ini mulai menunjukkan hasil positif.
Saat ini, dari total 300 ekor ayam petelur yang dikelola, sekitar 80 persen telah aktif bertelur dengan produksi rata-rata mencapai 240 butir per hari. Capaian tersebut menjadi awal optimisme pengembangan usaha ekonomi desa berbasis potensi lokal.
Direktur BUMDes Usaha Bersama Ruang, drh. Gundasalfus Guzman, menjelaskan bahwa usaha budidaya ayam petelur berawal dari musyawarah desa yang membahas berbagai peluang ekonomi yang dapat dikembangkan. Dari sejumlah alternatif usaha yang dikaji, sektor peternakan ayam petelur dinilai paling relevan dengan kondisi desa, berkelanjutan, serta memiliki prospek ekonomi yang menjanjikan.
“Melalui musyawarah desa, kami sepakat memilih ayam petelur karena sesuai dengan potensi Desa Ruang dan dinilai mampu meningkatkan pendapatan serta kemandirian desa,” ujarnya.
Setelah resmi menjabat sebagai pengurus sejak Januari 2025, BUMDes langsung mengeksekusi rencana tersebut dengan memanfaatkan dana ketahanan pangan sebesar Rp144 juta. Dana tersebut digunakan untuk membangun kandang permanen di atas lahan seluas 20Ă—10 meter sebagai fondasi awal usaha.
Untuk pengembangan lanjutan, BUMDes Ruang juga memperoleh Dana Investasi dari Kementerian Desa melalui Program TEKAD sebesar Rp350 juta. Dana tersebut dialokasikan untuk pembangunan kandang tambahan dengan konstruksi beton yang lebih permanen dan tahan lama.
“Dana yang sudah masuk ke rekening mencapai 70 persen, dan saat ini kami mengajukan pencairan tahap kedua sebesar 30 persen atau sekitar Rp105 juta,” jelas Gundasalfus.
Ia mengungkapkan, berdasarkan data yang dihimpun, kebutuhan telur ayam lokal segar di Kabupaten Manggarai diperkirakan mencapai 102 ton per hari, sementara ketersediaan saat ini baru sekitar 7 ton. Kondisi tersebut menunjukkan peluang pasar yang sangat besar bagi pengembangan usaha ayam petelur desa.
Melihat peluang tersebut, BUMDes Ruang menargetkan penambahan kapasitas produksi dengan menambah 1.000 ekor ayam petelur. Dengan demikian, total populasi ayam petelur di Desa Ruang ditargetkan mencapai 1.300 ekor agar mampu menjadi salah satu pemasok utama telur lokal di Manggarai.
Selama ini, pasokan telur di wilayah Manggarai masih sangat bergantung dari luar daerah, sehingga kualitas telur kerap menurun akibat jarak distribusi yang panjang. “Idealnya masa simpan telur sekitar 14 hari. Jika terlalu lama dalam distribusi, kualitasnya akan menurun,” tambahnya.
Meski demikian, Gundasalfus mengakui tantangan utama yang dihadapi BUMDes Ruang saat ini adalah tingginya biaya pakan ayam. Distribusi pakan yang masih didominasi dari luar daerah menyebabkan biaya produksi mencapai 70–80 persen dari total pengeluaran.
Sebagai solusi, BUMDes Ruang memperoleh tambahan dukungan melalui Rumah Inovasi dan Teknologi Desa (RITD) sebesar Rp400 juta yang akan dimanfaatkan untuk membangun fasilitas produksi pakan mandiri. Langkah ini diharapkan mampu menekan biaya produksi sekaligus meningkatkan keuntungan dan keberlanjutan usaha ayam petelur desa.
Desa Nusantara Jaringan Media Desa Nusantara