FENOMENA pengangguran di desa masih menjadi tantangan besar hingga kini. Setiap tahun, ratusan pemuda lulus sekolah, sebagian melanjutkan pendidikan tinggi, sebagian lainnya kembali ke kampung halaman tanpa kepastian pekerjaan. Pilihan yang tersedia pun terbatas, sementara pertanian dan perikanan sering kali dianggap kurang menarik oleh generasi muda.
Tak sedikit pemuda desa yang memilih merantau ke kota untuk mencari penghidupan. Namun, jalan ini tidak selalu mulus. Ada yang berhasil, tetapi tidak sedikit pula yang justru terjebak dalam pekerjaan informal dengan penghasilan rendah, bahkan pulang ke desa tanpa bekal yang memadai.
Padahal, desa sejatinya menyimpan potensi besar. Sawah, kebun, hutan, hasil bumi, potensi wisata, hingga peluang digital lewat akses internet sudah tersedia. Ditambah lagi, aliran Dana Desa setiap tahun membuka ruang bagi pengembangan usaha produktif. Sayangnya, potensi ini tidak otomatis menciptakan lapangan kerja tanpa adanya pihak yang mau menggerakkan dan menghubungkan.
Di sinilah peran pemuda menjadi kunci. Karang Taruna sebagai organisasi sosial kepemudaan desa dinilai bisa menjadi mesin penggerak ekonomi lokal. Lebih dari sekadar penyelenggara kegiatan seremonial, Karang Taruna memiliki posisi strategis untuk membangun kreativitas, mendorong kewirausahaan, dan membuka ruang usaha baru yang menyerap tenaga kerja desa.
Penguatan kapasitas Karang Taruna dipandang penting agar energi pemuda tidak terbuang sia-sia. Dengan dukungan pemerintah desa, dunia usaha, dan pendampingan profesional, Karang Taruna bisa bertransformasi menjadi pusat inovasi desa. Jika dijalankan secara serius, pengangguran yang selama ini membelenggu desa dapat ditekan, bahkan berbalik menjadi kekuatan ekonomi baru.
Redaksi01-Alfian