PROGRAM Desa BISA Ekspor resmi diluncurkan sebagai pengembangan dari program Desa Devisa yang telah berjalan sejak 2019. Program ini menjadi langkah strategis untuk mendorong desa-desa di Indonesia mampu menembus pasar global melalui produk unggulan masing-masing.
Dalam peluncuran yang berlangsung di Koperasi Kakao Kerta Semaya Samaniya (KSS), Jembrana, Selasa (09/09/2025), ekspor simbolis produk kakao fermentasi dilepas menuju Perancis dengan nilai mencapai Rp12,4 miliar. Kegiatan tersebut dihadiri Menteri Perdagangan Budi Santoso, Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Wamendes PDT) Ahmad Riza Patria, Wakil Gubernur Bali Nyoman Giri Prasta, Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan, serta Wakil Bupati IGN Patriana Krisna.
Desa Devisa Kakao Jembrana yang menjadi pionir program ini melibatkan 13 desa dengan 609 petani, di mana 14 persen di antaranya adalah perempuan. Produk unggulan berupa kakao fermentasi kini telah menembus pasar ekspor ke Perancis, Jerman, Belanda, Belgia, Jepang, hingga Australia.
Menteri Perdagangan Budi Santoso menegaskan bahwa Desa BISA Ekspor merupakan hasil kolaborasi antara Kementerian Perdagangan, Kementerian Desa, Kementerian Pertanian, Lembaga World Export Institute (LWEI), serta sektor swasta, termasuk perusahaan besar seperti Astra. Menurutnya, program ini akan memperluas akses ekspor produk desa dan memperkuat daya saing komoditas lokal.
“Program ini menjadi bukti bahwa desa memiliki potensi besar untuk menggerakkan ekonomi nasional melalui jalur ekspor. Kolaborasi lintas sektor menjadi kunci agar produk desa semakin dikenal dan diterima di pasar dunia,” ujar Budi.
Ke depan, program Desa BISA Ekspor diharapkan tidak hanya berfokus pada kakao, melainkan juga mencakup komoditas unggulan lain yang potensial dari berbagai daerah di Indonesia.
Redaksi01-Alfian