UNIVERSITAS Muhammadiyah (Unismuh) Makassar bersama Universitas Muhammadiyah Parepare (UMPAR) kembali melanjutkan program pengabdian kepada masyarakat di Desa Kabba, Kecamatan Minasatene, Kabupaten Pangkep. Program ini memasuki tahun kedua dengan fokus pada pengembangan desa wisata berbasis Smart Agroekoeduwisata di kawasan karst Maros–Pangkep.
Kegiatan ini dirancang untuk berlangsung hingga 2026, dengan tahapan yang meliputi sosialisasi, pelatihan, penerapan teknologi, pendampingan dan evaluasi, serta penguatan keberlanjutan. Tim pelaksana dipimpin oleh Prof. Dr. Syamsia, SP., M.Si. dari Unismuh Makassar bersama sejumlah akademisi lintas bidang, serta melibatkan mahasiswa untuk mendampingi masyarakat secara langsung.
Mitra yang terlibat dalam program ini antara lain Kelompok Tani Hutan (KTH) Lamperangan, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kabba, serta pemerintah desa. Dukungan tersebut menjadi kunci dalam mendorong pemberdayaan masyarakat secara berkesinambungan.
“Desa Kabba memiliki potensi besar untuk menjadi destinasi wisata agroekologi berbasis karst. Melalui program ini, kami ingin membantu warga mengolah potensi pertanian agar memiliki nilai tambah sekaligus memperkuat daya tarik wisata berkelanjutan,” ujar Prof. Syamsia, Ketua Tim Pelaksana.
Kepala Desa Kabba menyambut baik upaya perguruan tinggi tersebut. Ia menilai, keterlibatan akademisi memberi manfaat ganda bagi masyarakat, baik dalam peningkatan kapasitas pertanian maupun pengembangan wisata desa.
Program ini mendapat dukungan pendanaan dari Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi melalui skema Pengabdian Masyarakat Multitahun Skim Pemberdayaan Desa Binaan (PDB) Tahun Anggaran 2025. Pendanaan itu memastikan kegiatan berjalan secara konsisten hingga akhir periode.
Kolaborasi ini sejalan dengan misi Tridharma Perguruan Tinggi, khususnya dalam bidang pengabdian masyarakat, sekaligus mendukung agenda pembangunan desa berkelanjutan. Harapannya, Desa Kabba dapat berkembang sebagai model Smart Agroekoeduwisata yang tidak hanya mengangkat potensi lokal, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan karst Maros–Pangkep.
Redaksi01-Alfian