SUASANA Desa Soroyudan, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, dipenuhi kegembiraan. Ribuan warga tumpah ruah mengikuti tradisi tahunan saparan sedekah bumi yang digelar meriah di balai desa.
Kehadiran Bupati Magelang bersama jajaran Forkopincam Tegalrejo dan anggota legislatif tingkat provinsi disambut hangat dengan iring-iringan pasukan bergodo, menambah khidmat sekaligus semarak perayaan.
Dalam sambutannya, Bupati Magelang menegaskan bahwa saparan sedekah bumi tidak hanya sekadar ritual tahunan, melainkan perwujudan syukur atas limpahan hasil bumi serta simbol kerukunan masyarakat. “Tradisi ini adalah identitas dan kekayaan kita yang harus dijaga serta diwariskan kepada generasi mendatang. Melestarikan budaya berarti memperkuat persatuan,” ujarnya.
Tak hanya soal budaya, Bupati juga menyoroti pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, khususnya sumber mata air yang vital bagi keberlangsungan pertanian. Ia mengingatkan agar masyarakat tidak menebangi pohon yang berfungsi menjaga ketersediaan air. “Jika mata air habis, dampaknya akan langsung dirasakan oleh petani dan berpengaruh pada ketahanan pangan,” tegasnya.
Selain itu, Bupati menyinggung pentingnya pendataan desa secara konkret melalui program VDK. Data tersebut dinilai krusial sebagai dasar kebijakan yang lebih tepat sasaran, mulai dari kebutuhan pendidikan hingga perumahan layak huni.
Kepala Desa Soroyudan menyampaikan rasa terima kasih atas perhatian pemerintah. Ia menegaskan bahwa tradisi saparan merupakan bentuk syukur masyarakat atas hasil bumi sekaligus upaya menjaga seni budaya lokal. Namun, ia juga menyampaikan harapan agar pemerintah membantu kebutuhan petani, terutama dalam penyediaan teknologi pengairan seperti mesin pompa bertenaga surya.
Perayaan saparan sedekah bumi di Soroyudan bukan sekadar seremoni adat, melainkan juga refleksi kebersamaan masyarakat dalam menjaga tradisi, alam, dan masa depan pertanian.
Redaksi01-Alfian