INDONESIA dikenal sebagai salah satu negara dengan potensi energi terbarukan terbesar di dunia. Sumber daya surya, panas bumi, angin, hingga biomassa tersedia melimpah dari Sabang sampai Merauke. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan ironi: masih banyak desa yang belum menikmati aliran listrik secara merata.
Kondisi tersebut mendorong pemerintah mempercepat pemanfaatan energi terbarukan, khususnya di daerah terpencil dan terluar. Penerangan berbasis energi surya, mikrohidro, dan panas bumi mulai digencarkan sebagai solusi mengatasi ketimpangan akses listrik.
Kementerian terkait menargetkan pembangunan infrastruktur energi terbarukan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga, tetapi juga mendukung aktivitas ekonomi produktif di pedesaan. Dengan demikian, desa-desa yang sebelumnya gelap di malam hari dapat berkembang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru.
Selain ramah lingkungan, energi terbarukan juga menjadi langkah strategis dalam mewujudkan kemandirian energi nasional. Pemanfaatan sumber daya lokal diharapkan mampu menekan ketergantungan pada bahan bakar fosil yang semakin terbatas.
Pengamat energi menilai, percepatan transisi energi di desa tidak hanya berdampak pada keberlanjutan lingkungan, tetapi juga membuka peluang pemerataan pembangunan. “Ketika desa mendapatkan listrik, akses pendidikan, kesehatan, hingga usaha kecil menengah akan berkembang pesat,” ujarnya.
Upaya ini sekaligus mempertegas komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi karbon dan mencapai target net zero emission pada 2060. Dengan dukungan kebijakan yang konsisten, energi terbarukan dipandang sebagai jawaban bagi desa-desa yang selama ini hidup dalam keterbatasan listrik.
Redaksi01-Alfian