WAKIL Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Wamendes PDTT) Ahmad Riza Patria mengajak generasi muda Indonesia untuk melahirkan inovasi sederhana yang mampu menjawab kebutuhan nyata masyarakat desa. Ajakan ini disampaikan dalam arahannya di Kantor Kemendes, Jakarta, pada Jumat (29/08/2025).
Menurutnya, desa membutuhkan sentuhan teknologi baru yang lahir dari kreativitas anak-anak muda agar tidak tertinggal dalam arus pembangunan. “Melalui kalian, desa juga akan mengenal sains, teknologi, inovasi, dan semangat baru anak-anak muda bangsa,” ujar Riza, yang akrab disapa Ariza.
Ia mencontohkan sebuah inovasi mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) berupa insinerator sederhana yang mampu membakar sampah dengan minim asap. Teknologi ini terbukti bermanfaat karena dapat diterapkan tanpa biaya besar. “Artinya, tanpa modal besar pun kita bisa menciptakan solusi nyata untuk masyarakat desa,” jelasnya.
Sebelumnya, dalam kegiatan Program Pengabdian Alumni Non-ASN LPDP (PANA-LPDP), Ariza juga menegaskan pentingnya peran sarjana untuk kembali ke desa. Ia menilai desa adalah masa depan Indonesia karena menyimpan potensi besar di bidang ketahanan pangan, energi, budaya, hingga kearifan lokal.
“Banyak orang belajar tinggi dan berkarier di kota besar, tapi sedikit yang mau kembali ke desa untuk memberi pengabdian terbaik. Ilmu yang kalian miliki jangan hanya untuk diri sendiri, tapi buktikan dengan karya nyata di desa. Jadilah cahaya perubahan bagi masyarakat,” tegasnya.
Program PANA-LPDP sendiri berfokus pada pengembangan desa wisata, pariwisata berkelanjutan, serta penguatan sosial budaya dan kelembagaan desa. Tahun ini, sebanyak 24 alumni LPDP non-ASN—21 lulusan dalam negeri dan 3 lulusan luar negeri—diturunkan ke Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur. Mereka akan mendampingi masyarakat di Desa Karuni, Watu Kawula, Maliti Bondoate, dan Pero Konda selama enam bulan, mulai September 2025 hingga Februari 2026.
Langkah ini diharapkan mampu menghadirkan kolaborasi antara ilmu akademik dan kearifan lokal, sehingga pembangunan desa tidak hanya berorientasi pada infrastruktur, tetapi juga memperkuat ketahanan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat.