DESA Banjarasem, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, Bali, resmi memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) pertama yang mengaliri balai desa. Kehadiran enam panel surya yang berdiri kokoh di atap balai desa menandai langkah awal transisi energi bersih berbasis komunitas di Pulau Dewata.
Program ini diinisiasi oleh Pemerintah Kabupaten melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) sebagai bagian dari kunjungan pembelajaran pengembangan desa. Kehadiran PLTS di Banjarasem menjadi momentum penting, tidak hanya untuk penghematan energi, tetapi juga untuk membuka akses listrik yang lebih merata dan berkelanjutan bagi masyarakat.
Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), yang turut hadir dalam peresmian, menyampaikan bahwa desa memiliki peran besar dalam mewujudkan energi bersih yang berbasis partisipasi warga.
“Desa Banjarasem bisa menjadi contoh bagaimana energi bersih mampu mendekatkan warga, menghemat biaya, sekaligus memberi akses yang lebih luas bagi semua,” ujar Fabby Tumiwa.
Dengan kondisi geografis pesisir utara Bali yang menerima paparan sinar matahari sepanjang tahun, PLTS menjadi pilihan tepat untuk menjawab kebutuhan energi desa. Warga pun antusias menyambut terobosan ini, sebab listrik yang dihasilkan tidak hanya bermanfaat bagi balai desa, tetapi juga dapat menunjang kegiatan masyarakat lainnya.
Kepala Desa Banjarasem menegaskan, keberadaan PLTS merupakan investasi jangka panjang bagi warganya. “Kami ingin energi bersih ini menjadi tonggak baru, agar desa lebih mandiri sekaligus mendukung target Bali menuju energi terbarukan,” ungkapnya.
Kehadiran PLTS Banjarasem sekaligus menandai babak baru desa-desa di Indonesia dalam menjawab tantangan perubahan iklim melalui energi terbarukan. Dengan model berbasis komunitas, transisi energi tidak hanya menjadi agenda nasional, tetapi juga gerakan nyata dari desa.
Redaksi01-alfian