SAWAHLUNTO – Suasana hangat kembali hidup di Dusun Sumpahan, Desa Kubang Utara Sikabu, Kecamatan Lembah Segar. Warga beramai-ramai memasak kalamai, panganan khas Minangkabau yang kerap dihidangkan dalam acara pernikahan.
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari program kerja mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Andalas yang tengah bertugas di desa itu. Tidak hanya terlibat langsung dalam proses memasak, mahasiswa juga mendokumentasikan seluruh kegiatan, membuat video profil Kalamai Khas Kubang, mendesain logo kemasan, hingga menyiapkan spanduk sebagai bentuk dukungan promosi dan pelestarian tradisi lokal.
Sekilas, kalamai kerap disamakan dengan galamai, namun keduanya memiliki ciri khas berbeda. Galamai lebih dikenal masyarakat luas dengan tekstur kenyal, sementara kalamai khas Sikabu ditambah kacang goreng yang dihancurkan sehingga menghasilkan cita rasa gurih dengan tekstur lebih kaya. Proses memasaknya pun dilakukan secara gotong royong, menjadikannya bukan sekadar makanan, melainkan juga simbol kebersamaan.
Tradisi yang digelar pada 10 Agustus 2025 itu mendapat sambutan hangat warga. “Sudah lama sekali kami tidak memasak kalamai ramai-ramai seperti ini. Rasanya rindu dengan suasana kebersamaan yang dulu selalu ada di setiap acara pernikahan saja,” ungkap Ibu Ed, salah seorang warga Dusun Sumpahan.
Hal senada disampaikan Kepala Dusun Sumpahan, Nofrizal. “Kalamai itu bukan sekadar makanan, tapi juga sebagai warisan budaya. Kami sangat senang mahasiswa KKN Universitas Andalas ikut melestarikan dan membantu memperkenalkan kalamai ke generasi muda maupun masyarakat luas.”
Mahasiswa KKN mengikuti seluruh rangkaian proses, mulai dari mencairkan gula merah, mencampur tepung, mengukur kelapa, hingga menggoreng kacang. Bagian yang paling menantang adalah mengaduk adonan dalam jumlah besar. “Capek, tapi seru sekali karena semua saling bergantian mengaduk. Ada tawa, ada canda, dan semuanya terasa ringan karena dilakukan bersama-sama,” ujar salah satu mahasiswa KKN Universitas Andalas.
Selain membantu produksi, mahasiswa juga mendokumentasikan kegiatan dari awal hingga akhir. Hasilnya berupa video profil Kalamai Khas Kubang Utara Sikabu, spanduk, dan desain logo kemasan untuk mendukung pemasaran modern. Kepala Desa Kubang Utara Sikabu, Yulhendri, menegaskan, “Harapan kami, kalamai dari Sikabu bisa dikenal luas dan punya nilai ekonomi bagi masyarakat. Dengan kemasan dan promosi yang tepat, kalamai bisa menjadi produk khas daerah yang bernilai tinggi.”
Ketua KKN, Fajri, juga menyampaikan apresiasi. “Kami dari Mahasiswa KKN Universitas Andalas sangat berterima kasih kepada warga Dusun Sumpahan yang sudah menerima kami dengan baik dan ikut mendukung kegiatan ini. Semoga kebersamaan dalam memasak kalamai bisa menjadi kenangan indah sekaligus awal untuk melestarikan tradisi ini bersama-sama. Terima kasih banyak,” ujarnya.
Melalui kegiatan ini, tradisi memasak kalamai bukan hanya dilestarikan, tetapi juga membuka peluang ekonomi bagi masyarakat jika dikelola serius. Dengan dukungan generasi muda, Kalamai Khas Kubang Utara Sikabu diharapkan mampu menjadi ikon kuliner yang dikenal luas di tingkat lokal maupun nasional.
Redaksi03