UPAYA memperkuat ketahanan pangan desa kini menemukan cara baru yang lebih ramah lingkungan. Yulia Rahmawati, mahasiswa Teknik Industri Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya dengan IPK 3,86, membuktikan bahwa burung hantu dan pupuk organik mampu menjadi solusi efektif melawan serangan tikus sawah tanpa perlu menggunakan pestisida berbahaya.
Melalui penelitian yang dilakukannya, Yulia menemukan bahwa kehadiran burung hantu di area persawahan dapat menekan populasi tikus secara alami. Sementara itu, penggunaan pupuk organik tidak hanya menyuburkan tanah, tetapi juga menjaga ekosistem sawah tetap sehat.
Langkah ini sejalan dengan upaya Pemerintah Kabupaten melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) yang tengah mendorong kunjungan pembelajaran pengembangan desa. Inovasi ramah lingkungan ini diyakini dapat menjadi bagian dari strategi pembangunan pertanian berkelanjutan.
“Pendekatan ekologis seperti ini bukan hanya melindungi hasil panen, tetapi juga membantu petani mengurangi ketergantungan pada bahan kimia,” kata Yulia saat memaparkan hasil penelitiannya pada Jumat (22/08/2025).
Metode yang ditawarkan Yulia dinilai relevan dengan tantangan ketahanan pangan di desa, terutama menghadapi serangan hama yang selama ini menjadi momok petani. Burung hantu yang aktif berburu tikus di malam hari terbukti efektif menjaga sawah dari kerusakan, sementara pupuk organik menjadi pendukung utama kesuburan tanah.
Sejumlah pihak berharap inovasi ini bisa diadopsi secara luas oleh desa-desa lain di Indonesia. Dengan begitu, desa tak hanya kuat secara pangan, tetapi juga mandiri secara ekologis dan berkelanjutan.
Redaksi01-alfian