BALAI desa yang selama ini identik dengan urusan administrasi kini bertransformasi menjadi ruang publik yang lebih hidup. Desa Tukum, Kabupaten Lumajang, meluncurkan program inovatif bernama Sesarengan Datheng Ing Balai Desa (Srawung Laisa), hasil kolaborasi mahasiswa KKN Kolaboratif 92 dengan Pemerintah Desa Tukum.
Program yang dimulai pada Senin (18/08/2025) ini bertujuan menghidupkan kembali balai desa sebagai pusat kegiatan masyarakat. Tidak sekadar ajang berkumpul, Srawung Laisa dihadirkan sebagai wadah inklusif yang menjawab kebutuhan warga, mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga sosial budaya.
Pada edisi perdananya, ratusan warga datang untuk mengikuti cek kesehatan gratis, meliputi pemeriksaan tekanan darah dan gula darah. Langkah sederhana namun strategis ini diharapkan mampu menjadi deteksi dini penyakit tidak menular, seperti hipertensi dan diabetes, yang kerap luput dari perhatian masyarakat pedesaan.
Kepala Desa Tukum menyambut baik program tersebut. Menurutnya, inisiatif ini menjadi bukti bahwa balai desa bisa menjadi ruang produktif, bukan sekadar tempat mengurus surat menyurat. “Balai desa adalah rumah bersama. Dengan Srawung Laisa, kami ingin warga merasa memiliki dan terlibat aktif dalam setiap kegiatan,” ujarnya.
Sementara itu, perwakilan mahasiswa KKN menekankan pentingnya keberlanjutan program. “Kami berharap kegiatan ini tidak berhenti pada satu edisi, tetapi menjadi gerakan berkelanjutan yang dikelola desa bersama masyarakat,” kata salah satu mahasiswa KKN Kolaboratif 92.
Semarak Srawung Laisa menandai kembalinya balai desa ke fungsi hakikinya sebagai pusat interaksi sosial, pemberdayaan, sekaligus ruang belajar bersama. Inovasi ini diharapkan menjadi inspirasi bagi desa-desa lain dalam mengoptimalkan potensi ruang publik di tingkat akar rumput.
Redaksi01-alfian