LEBONG – Pemerintah Desa Blau, Kecamatan Lebong Atas, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu, memulai program ketahanan pangan tahun 2025 dengan melaksanakan penanaman jagung di lahan seluas 1,5 hektare, Rabu (6/8/2025).
Program ini merupakan hasil kerja sama antara pemerintah desa, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Blau Karya Nyata, serta masyarakat desa, yang bersinergi untuk mewujudkan kemandirian pangan sekaligus mendongkrak perekonomian warga.
Penanaman jagung ini didanai dari pencairan tahap pertama sebesar 60% dari total anggaran ketahanan pangan 2025, dengan nilai sekitar Rp30 juta. Kegiatan berlangsung di satu hamparan lahan yang dikelola bersama oleh BUMDes dan warga.
Ketua BUMDes Blau Karya Nyata, Riski Hidayatulah, menjelaskan bahwa sebanyak 30 kilogram bibit jagung disiapkan untuk ditanam. Jumlah ini dilebihkan dari kebutuhan guna mengantisipasi gagal tumbuh. Jika masih terdapat sisa bibit, maka akan dimanfaatkan di lahan milik masyarakat dengan sistem bagi hasil.
“Walaupun tidak termasuk dalam lahan utama 1,5 hektare, sisa bibit akan kami tanam di lahan warga. Ini juga bagian dari pemberdayaan masyarakat,” kata Riski.
Hadir dalam kegiatan ini Camat Lebong Atas Enggus Subarman, tenaga ahli kabupaten, Kapolsek, Babinsa, Bhabinkamtibmas, BP3K, Ketua BPD dan anggotanya, kepala desa, perangkat desa, serta para pendamping desa yang turut mendukung program ini.
Camat Lebong Atas, Enggus Subarman, dalam sambutannya menekankan pentingnya pengawasan dan antisipasi dari berbagai potensi hambatan yang mungkin terjadi di lapangan, seperti serangan hama atau tindakan pencurian.
“Jagung ini adalah hasil gotong royong kita. Maka kita semua wajib menjaga, agar hasilnya optimal dan dapat dinikmati bersama,” tegas Enggus.
Program ini tidak hanya berhenti pada komoditas jagung. Pada tahap kedua, pemerintah desa berencana menanam komoditas hortikultura lainnya seperti cabai dan tomat di lahan yang sama. Langkah ini merupakan upaya diversifikasi pertanian demi mendukung ketahanan pangan secara berkelanjutan.
Kegiatan ini juga memperlihatkan adanya pluralisme sosial dan nilai-nilai gotong royong yang masih hidup di tengah masyarakat desa. Peran serta masyarakat, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan, menunjukkan bahwa pembangunan berbasis desa tidak hanya mungkin, tapi juga berdampak nyata ketika dijalankan secara inklusif dan partisipatif.
Melalui program ini, Desa Blau turut menjadi contoh implementasi ketahanan pangan berbasis kearifan lokal yang diharapkan bisa direplikasi di wilayah lain, khususnya di Kabupaten Lebong dan sekitarnya.
Redaksi03