PONTIANAK – Kunjungan kerja Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kalimantan Barat, Windy Prihastari, ke Festival Olahraga Masyarakat Nasional (Fornas) VIII 2025 di Nusa Tenggara Barat, menyisakan kesan mendalam. Di sela kegiatan meninjau kontingen Kalbar, Windy menyempatkan diri mengunjungi Desa Sade, sebuah desa adat yang menjadi ikon budaya Suku Sasak.
Kunjungan ini tidak hanya bersifat formal, namun juga menjadi momen penting untuk belajar langsung bagaimana masyarakat adat mempertahankan tradisi sekaligus menjadikannya sumber kesejahteraan.
“Yang dilakukan masyarakat Desa Sade sangat inspiratif. Mereka tidak hanya menjaga tradisi, tapi menjadikannya sebagai sumber penghidupan. Ini yang ingin kami dorong juga di Kalbar,” ujar Windy.
Desa Sade dikenal luas dengan arsitektur rumah adat berbahan bambu, beratap alang-alang, dan lantai dari tanah liat bercampur kotoran kerbau. Meski tampak sederhana, desain tradisional ini justru dipercaya mampu menjaga suhu rumah tetap sejuk dan mengusir serangga. Keunikan inilah yang menjadikan Desa Sade menarik bagi wisatawan lokal dan mancanegara.
Lebih dari itu, Desa Sade juga mempertahankan tradisi seperti ‘Merariq’ atau kawin lari, serta kerajinan tenun songket yang diwariskan turun-temurun. Bagi perempuan Sasak, menenun bukan sekadar aktivitas ekonomi, melainkan bagian dari identitas yang diajarkan sejak usia dini.
Melihat kekuatan budaya yang tetap lestari namun produktif secara ekonomi, Windy menyebut bahwa Kalbar juga memiliki desa-desa dengan potensi serupa, seperti di Kapuas Hulu, Sintang, dan Bengkayang. Potensi tersebut, katanya, tinggal bagaimana dikemas agar mampu menciptakan ekosistem wisata budaya yang berkelanjutan.
“Belajar dari Desa Sade, kita tidak perlu menjadi seperti mereka. Tapi semangat menjaga budaya, memberdayakan masyarakat, dan menghidupkan ekonomi lokal itulah yang harus kita adopsi,” tegasnya.
Disporapar Kalbar kini terus memperkuat strategi desa wisata berbasis budaya. Integrasi antara potensi alam, warisan budaya, dan ekonomi kreatif menjadi fokus utama. Windy optimistis, desa-desa di Kalbar bisa menjadi wajah baru pariwisata yang tidak hanya menarik wisatawan, tetapi juga membanggakan masyarakat lokal.
Dengan pendekatan yang tepat, lanjut Windy, desa wisata akan menjadi titik temu antara pelestarian budaya dan pemberdayaan ekonomi yang berjalan beriringan di Kalbar.
Redaksi03