lAPANGAN voli Dusun Poncowati, Desa Ngembal Kulon, Kecamatan Jati, berubah menjadi panggung kreativitas dan edukasi lingkungan. Puluhan ibu rumah tangga berlenggak-lenggok di atas panggung dalam balutan kostum berbahan sampah daur ulang, memperagakan busana bertema “Bumi Lestari, Desa Mandiri”.
Kegiatan ini bukan sekadar lomba fashion show. Di balik sorak sorai penonton dan warna-warni kostum, terselip pesan penting: ajakan memilah sampah dari rumah tangga.
Program ini merupakan bagian dari inisiasi pembelajaran lapangan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Kudus, yang tengah mendorong pengembangan desa berbasis partisipasi warga dan inovasi lingkungan.
“Bukan hanya soal fashion, ini adalah cara kami menyampaikan pesan lingkungan kepada warga. Sampah bisa jadi berkah kalau kita kreatif,” ujar Siti Nurjanah, salah satu peserta yang tampil mengenakan kostum prajurit lengkap dengan busur panah dari sedotan bekas dan kardus.
Busana yang ditampilkan tak sembarangan. Ada yang mengambil tema dongeng seperti gaun Putri Salju, ada pula yang terinspirasi dari tokoh legenda lokal. Semua dirancang dari bahan bekas: plastik kemasan, bungkus kopi, hingga potongan kardus.
Camat Jati, Subiyanto, yang hadir dalam acara itu, mengapresiasi langkah kreatif warga. “Kami melihat semangat luar biasa dari ibu-ibu Desa Ngembal Kulon. Ini bukan hanya pertunjukan seni, tapi juga edukasi tentang bagaimana mengelola sampah mulai dari rumah,” katanya.
Sementara itu, Kepala DPMD Kudus, Eko Purnomo, menyebut kegiatan ini sebagai model pembelajaran antar-desa yang akan direplikasi ke wilayah lain. “Inovasi yang lahir dari masyarakat seperti ini penting untuk dibagikan. Ngembal Kulon bisa jadi inspirasi bagi desa-desa lain,” jelasnya.
Panggung malam itu menjadi bukti bahwa edukasi bisa dikemas menarik, membangun kesadaran sambil tetap menghibur. Di tengah tantangan pengelolaan sampah rumah tangga, ibu-ibu Ngembal Kulon menunjukkan bahwa perubahan bisa dimulai dari rumah, bahkan dari selembar plastik bekas.
Redaksi01-Alfian