ADVERTORIAL – Komitmen dalam menjaga kelestarian budaya lokal kembali digaungkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), khususnya melalui ajakan kepada generasi muda untuk terlibat aktif dalam pelestarian budaya. Pesan tersebut disampaikan langsung oleh Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kukar, Puji Utomo, saat menghadiri Festival Danum Bura yang berlangsung di RT 40 Spontan Baru, Kelurahan Loa Ipuh, Kecamatan Tenggarong, pada Rabu (30/07/2025).
Dalam sambutannya, Puji menyampaikan pentingnya keterlibatan anak-anak muda sebagai pelaku utama pelestarian budaya, mengingat mereka merupakan penerus tongkat estafet nilai-nilai warisan leluhur.
“Budaya adalah identitas kita. Kalau tidak kita kenalkan sejak dini, akan hilang tergerus zaman. Karena itu, anak-anak muda harus aktif berpartisipasi,” ujarnya.
Festival yang berlangsung selama dua hari, dari tanggal 30 hingga 31 Juli 2025, menjadi ruang ekspresi budaya yang menghadirkan pertunjukan seni dari 11 sanggar seni tradisional serta perlombaan permainan rakyat seperti menyumpit, begasing, ketapel, dan behempas rotan. Disdikbud Kukar menilai bahwa pengalaman langsung dalam kegiatan budaya semacam ini jauh lebih efektif dalam membangkitkan minat generasi muda dibandingkan hanya lewat pembelajaran teori.
“Kami ingin kegiatan budaya masuk ke dalam program pendidikan. Bukan hanya di buku pelajaran, tetapi melalui kegiatan nyata, sehingga anak-anak bisa merasakannya,” jelasnya.
Puji juga menegaskan pentingnya keterlibatan berbagai pihak dalam mendukung pendidikan berbasis budaya. Menurutnya, keluarga, komunitas adat, dan lingkungan sekitar berperan besar dalam menanamkan kecintaan terhadap budaya sejak dini.
“Pelestarian budaya bukan hanya tugas pemerintah, tetapi tanggung jawab bersama,” tambahnya.
Festival Danum Bura dipandang sebagai momentum yang tepat untuk mempererat ikatan generasi muda dengan warisan budayanya sendiri. Puji berharap kegiatan ini mampu memupuk rasa cinta dan bangga terhadap budaya lokal, yang kemudian menjadi bagian dari identitas mereka dalam menghadapi arus globalisasi.
“Kalau mereka mencintai budayanya, mereka akan bangga dan menjadikannya identitas, bukan sesuatu yang ditinggalkan,” tutup Puji.[]
Penulis: Hariadi | Penyunting: Agus Riyanto