DUSUN Pohkecik, Desa Sukolilo, menjadi saksi tumbuhnya kesadaran baru di kalangan petani terhadap pentingnya menjaga kesehatan tanah. Melalui program Sekolah Lapang Kesehatan Tanah yang digelar oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB), para petani setempat diajak mengubah cara pandang mereka terhadap tanah, dari sekadar media tanam menjadi aset kehidupan jangka panjang.
Kegiatan ini menjadi bagian dari kunjungan pembelajaran yang juga didorong oleh Pemerintah Kabupaten Sumbawa melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD), sebagai langkah konkret menggali dan memperkuat potensi desa berbasis ilmiah dan kolaboratif.
Kegiatan dilaksanakan pada Minggu (13/07/2025) pukul 14.00 WIB dan dipusatkan di lahan pertanian warga yang mencerminkan beragam sistem penggunaan lahan, mulai dari agroforestri, hortikultura, hingga perkebunan. Keberagaman ini menjadi konteks belajar langsung bagi para peserta, sekaligus menjadi ruang temu antara pengetahuan ilmiah dan pengalaman praktis petani
Di bawah bimbingan Dosen Pembimbing Lapangan, Ibu Nina Dwi Lestari, S.P., M.Ling., mahasiswa KKN memperkenalkan metode sederhana untuk mengidentifikasi kualitas dan kesehatan tanah, seperti pengamatan warna, tekstur, dan struktur tanah.
“Tanah yang sehat adalah fondasi pertanian yang berkelanjutan. Jika kita bisa mengenalinya sejak dini, maka degradasi lahan bisa dicegah,” ujar Nina dalam sambutannya
Kegiatan ini tidak sekadar bersifat satu arah. Para petani dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Sukolilo aktif berdiskusi dan berbagi pengalaman. Salah satu petani, Pak Sukirno, mengungkapkan bahwa lahan hortikultura miliknya sempat mengalami penurunan produksi karena pemupukan yang tidak sesuai jenis tanah.
“Lewat kegiatan ini, saya jadi tahu kenapa tanah saya keras dan kering. Ternyata karena pH-nya sudah terlalu rendah akibat penggunaan pupuk kimia berlebihan,” ungkapnya
Program Sekolah Lapang ini diharapkan menjadi model pembelajaran yang bisa direplikasi oleh desa lain, termasuk di wilayah Sumbawa yang sedang menggalakkan pengembangan potensi desa berbasis riset dan pemberdayaan.
“Kami belajar bukan hanya dari kampus, tapi dari petani itu sendiri. Pengetahuan lokal sangat penting untuk memperkaya pendekatan ilmiah,” ujar Rafi, salah satu mahasiswa peserta KKN.
Sinergi antara mahasiswa, akademisi, dan petani ini menjadi contoh nyata bagaimana pendidikan tinggi mampu bersentuhan langsung dengan kebutuhan desa — menghadirkan solusi yang membumi, berbasis data, dan memberdayakan.
Redaksi01-Alfian