Bejango Desa Dorong Kemandirian Ekonomi Desa Wisata

LOMBOK TIMUR – Kegiatan Bejango Desa yang digelar di Desa Anjani menjadi momentum penting tidak hanya untuk merawat nilai-nilai budaya masa lalu, tetapi juga untuk membangun fondasi masa depan desa sebagai destinasi wisata yang berkelanjutan dan mandiri.

Hal tersebut disampaikan Gubernur Nusa Tenggara Barat saat memberikan sambutan pada pembukaan acara Bejango Desa, Jumat (18/7). Ia menegaskan bahwa kegiatan ini tidak hanya seremonial, melainkan menjadi titik tolak bagi penguatan karakter ekonomi desa wisata yang mandiri.

“Fondasi desa wisata yang memiliki karakter kemandirian secara ekonomi. Dan saya sangat senang mendengar tadi bahwa pak Sekda bilang 101 desa yang ada di Lombok Timur sudah menjadi desa wisata,” ujar gubernur.

Ia menambahkan bahwa desa-desa wisata di Lombok Timur memiliki kekayaan corak budaya yang luar biasa berkat keberagaman wilayah masing-masing. “Ada Tete Batu, ada Kembang Kuning. Semua termasuk desa-desa yang sudah mandiri secara ekonomi,” ungkapnya.

Dalam kesempatan tersebut, gubernur juga memperkenalkan program Desa Berdaya sebagai salah satu inisiatif strategis Pemerintah Provinsi NTB untuk memperkuat pembangunan desa. Program ini terdiri atas dua kategori, yaitu Desa Berdaya dan Desa Berdaya Transformatif, yang masing-masing memiliki pendekatan berbeda.

“Desa Berdaya membantu yang sudah maju maupun yang belum maju. Desa Berdaya Transformatif khusus untuk desa-desa yang masih masuk kategori kemiskinan ekstrem. Jadi pendekatannya berbeda. Dikerjakan secara keroyokan, bukan saja oleh pemerintah provinsi tapi pemerintah kabupaten/kota, oleh LSM-LSM, perusahaan-perusahaan melalui CSR, keroyokan bareng. Sampai dalam waktu maksimal 2 tahun dia sudah tertransformasikan sehingga dia bisa berdiri di atas kakinya sendiri,” jelas gubernur.

Lebih jauh, program tersebut juga ditujukan untuk menghapuskan 106 desa dengan kategori kemiskinan ekstrem di NTB pada tahun 2029. Pemerintah menargetkan angka kemiskinan secara keseluruhan dapat ditekan hingga di bawah 10 persen.

Ia menekankan bahwa tantangan utama dalam pembangunan desa adalah mengidentifikasi pihak-pihak yang paling berkepentingan. “Namun, itulah yang justru paling penting. Jadi mudah-mudahan dari acara ini kita melihat bahwa kita sudah bisa menumbuhkan semangat kolaborasi. Saya lihat semua UKM, UMKM ikut hadir. Semua masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat ikut hadir di sini. Mudah-mudahan semangat kolaborasi ini tetap terus tumbuh. Karena tidak ada satupun persoalan yang bisa diselesaikan hanya oleh satu orang,” tutupnya.

Redaksi03

About adminfahmi

Check Also

Harmoni Budaya dan Kebersamaan dalam Selamatan Desa

JEMBER – Warga Desa Wonorejo, Kecamatan Kencong, menggelar acara selamatan desa dalam rangkaian tradisi bersih …

Nyadran Jadi Ajang Silaturahmi dan Pelestarian Budaya

NGANJUK – Tradisi Nyadran di Desa Sono Ageng, Kecamatan Prambon, berlangsung meriah pada Kamis, 3 …

Disporapar Gelar Pameran Produk Desa Wisata Sukoharjo

SUKOHARJO – Pemerintah Kabupaten Sukoharjo melalui Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) menyelenggarakan pameran produk …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *