ADVERTORIAL — Pendidikan yang berakar dari budaya lokal menjadi perhatian serius Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Hal ini diwujudkan melalui penyelenggaraan Bimbingan Teknis (Bimtek) untuk guru mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok) jenjang SD dan SMP yang berlangsung di Hotel Grand Fatma, Tenggarong, selama tiga hari mulai Kamis (10/07/2025).
Bimtek ini bukan sekadar pelatihan teknis, melainkan langkah strategis pemerintah daerah dalam menyelaraskan pembangunan sektor pendidikan dan kebudayaan. Dalam pembukaannya, Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Disdikbud Kukar, Joko Sampurno, menyampaikan pandangannya tentang pentingnya pelajaran muatan lokal dalam membentuk karakter generasi muda Kukar. “Muatan lokal bukan hanya materi pelajaran tambahan, tetapi memiliki misi besar untuk menanamkan rasa cinta terhadap budaya, lingkungan, dan nilai-nilai lokal,” ujarnya.
Dengan melibatkan puluhan guru dari berbagai wilayah Kukar, kegiatan ini diisi oleh narasumber yang berpengalaman di bidang pendidikan dan kebudayaan. Materi pelatihan mencakup pengembangan kurikulum, strategi pembelajaran, serta penyusunan perangkat ajar berbasis kearifan lokal. Semua materi disusun agar dapat langsung diterapkan di sekolah.
Sesi-sesi bimtek dirancang agar peserta tidak hanya menjadi pendengar, tetapi juga pelaku aktif dalam proses pembelajaran. Diskusi, simulasi penyusunan RPP, hingga presentasi rencana implementasi menjadi bagian penting dalam kegiatan ini. Guru ditantang untuk mengembangkan pendekatan pembelajaran yang membumi, kreatif, serta sesuai dengan latar sosial budaya peserta didik.
Disdikbud Kukar berharap Bimtek ini menjadi titik tolak bagi revitalisasi pengajaran muatan lokal di sekolah. Selain sebagai bentuk pelestarian budaya, materi lokal juga bisa menjadi sarana efektif untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan kebanggaan siswa terhadap daerah asal mereka.
“Bimtek ini adalah bagian dari upaya memperkuat identitas lokal melalui jalur pendidikan formal. Kami ingin sekolah-sekolah menjadi tempat yang mencerminkan kekayaan budaya daerah,” kata Joko. Menurutnya, tantangan globalisasi tidak boleh membuat pendidikan kehilangan akar lokalnya. []
Penulis: Hariyadi | Penyunting: Agus Riyanto