DI TENGAH tantangan pembangunan di wilayah lingkar tambang, Desa Laroue di Kecamatan Bungku Timur berhasil menunjukkan bahwa program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dapat berbuah nyata ketika bersinergi dengan potensi lokal. Keberhasilan UMKM Bahonala dalam memproduksi Nata De Coco menjadi bukti bahwa pendekatan berbasis pemberdayaan lebih dari sekadar bantuan, tetapi investasi jangka panjang dalam kemandirian ekonomi desa.
UMKM Bahonala merupakan bagian dari binaan PT Vale Indonesia Tbk melalui Indonesia Growth Project (IGP) Morowali yang dijalankan dalam kerangka Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM). Melalui pendampingan intensif dan pelatihan, pelaku usaha lokal tidak hanya diberi alat, tetapi juga strategi untuk menghadirkan produk yang bernilai pasar dan berdaya saing.
Penjabat (Pj) Kepala Desa Laroue, Fauzi, yang dilantik pada Rabu (14/5/2025), menyampaikan apresiasinya atas kontribusi PT Vale terhadap pemberdayaan warga melalui pengembangan UMKM. Ia menekankan bahwa Nata De Coco bukan hanya produk, tetapi simbol kebangkitan ekonomi berbasis komunitas di tengah dominasi industri ekstraktif.
“Salah satu harapan kami adalah adanya pelatihan lanjutan khusus untuk tim penggerak PKK, mengingat pelatihan ini sangat bermanfaat dan sesuai dengan kegiatan POKJA III,” ujar Fauzi, Ahad (29/6/2025).
Lebih dari sekadar hasil produksi, keberhasilan Bahonala juga membawa dampak sosial yang kuat: membuka lapangan kerja baru, meningkatkan peran perempuan dalam ekonomi desa, dan memperkuat struktur kewirausahaan lokal. Fauzi berharap kolaborasi dengan PT Vale dapat terus ditingkatkan agar dampaknya semakin merata di desa-desa lain di sekitar area tambang.
Pendekatan inklusif ini sejalan dengan semangat pembangunan berkelanjutan, di mana pertumbuhan ekonomi tidak boleh mengorbankan kesejahteraan sosial dan lingkungan. Desa Laroue kini berharap agar model kolaborasi seperti ini bisa diperluas dan direplikasi, menjadikan UMKM sebagai tulang punggung kemandirian desa yang sesungguhnya.
Redaksi01-Alfian