DI TENGAH keterbatasan anggaran dan fasilitas, warga Desa Wayau, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Tabalong, membuktikan bahwa semangat gotong royong lebih ampuh daripada ketergantungan pada proyek-proyek besar. Melalui kerja swadaya yang konsisten, mereka menghadirkan Wisata Dewata—singkatan dari Desa Wayau Tanjung Utara—sebagai destinasi lokal yang tak hanya menarik, tetapi juga inklusif dan memberdayakan.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Wayau, Suriansyah, menyebut bahwa pembangunan gazebo, mushala, hingga arena lomba burung dilakukan murni atas inisiatif dan kontribusi warga. “Kita tidak menunggu. Kita bangun sendiri,” ujarnya saat ditemui pada Minggu (29/6/2025).
Berbekal kekayaan panorama sungai dan hamparan perkebunan, kawasan wisata ini mulai dikenal publik, terutama melalui gelaran kontes burung berkicau yang kerap menarik peserta dari luar Tabalong. Kegiatan ini tidak hanya menyemarakkan suasana, tetapi juga menjadi pemantik perputaran ekonomi desa.
Pembina Pokdarwis yang juga anggota Komisi 3 DPRD Tabalong, Ahmad Helmi, menjelaskan bahwa dana desa akan dimanfaatkan untuk membangun akses masuk dan area parkir, sementara jembatan menuju lokasi wisata telah diperbaiki melalui APBD Kabupaten tahun 2023. Namun ia menekankan bahwa peran masyarakat tetap yang utama dalam membangun dan menjaga keberlanjutan wisata tersebut.
“Ini contoh bagaimana potensi lokal bisa hidup ketika masyarakatnya bergerak lebih dulu, bukan menunggu anggaran turun,” kata Helmi.
Kepala Desa Wayau, Masrani, pun turut meresmikan kembali wisata Dewata di sela kegiatan kontes burung, sebagai simbol bahwa ruang publik ini dibangun dari bawah, oleh warga dan untuk warga.
Saat ini tercatat 28 Pokdarwis aktif di Tabalong, namun hanya 22 yang mendapat dana stimulan Rp500 ribu per bulan dari Pemkab. Meski jumlah itu belum signifikan, Desa Wayau membuktikan bahwa dana kecil bisa menjadi besar jika dikelola dengan partisipasi dan tanggung jawab bersama.
Wisata Dewata bukan hanya tempat rekreasi, tapi refleksi dari desa yang menolak pasif. Ia tumbuh karena kekuatan lokal yang tidak menunggu datangnya bantuan, melainkan menciptakan peluang dari keterbatasan yang ada.
REDAKSI01-ALFIAN