ADVERTORIAL – Perjalanan transformatif SMP Negeri 7 Muara Kaman menjadi bukti bahwa kepemimpinan yang visioner mampu mengubah wajah pendidikan, bahkan di wilayah yang sebelumnya tertinggal. Di balik lonjakan prestasi sekolah ini berdiri sosok Rasian, kepala sekolah yang tidak sekadar memimpin, tetapi turut menjadi motor penggerak inovasi.
Di bawah arahannya, SMPN 7 Muara Kaman berkembang dari sekolah dengan keterbatasan sarana dan hanya 50 siswa, menjadi satu-satunya SMP negeri di Indonesia yang diakui Google Asia Pacific sebagai Sekolah Rujukan Google (SRG). “Awalnya kami hanya punya 50 siswa, dan bangunan seadanya. Kini kami tumbuh jadi sekolah digital dengan 150 siswa, guru-guru bersertifikasi, dan diakui Google,” ujar Rasian pada Minggu (22/06/2025), mengenang awal perjuangan.
Transformasi dimulai pada 2021, saat berbagai kendala seperti keterbatasan guru, minimnya fasilitas belajar, dan nyaris tidak adanya jaringan internet membayangi operasional sekolah. Namun, keterbatasan itu tidak menyurutkan semangat Rasian untuk membangun perubahan. Ia menginisiasi pelatihan berkelanjutan bagi para guru, termasuk mendorong mereka mengikuti sertifikasi Google Educator.
“Saya ajak semua guru untuk belajar bersama. Kami percaya kalau mau berubah, harus dimulai dari kemauan untuk belajar,” ungkapnya.
Momentum penting terjadi pada 5 Juni 2025, saat SMPN 7 Muara Kaman resmi menyandang predikat SRG setelah mengungguli 15 sekolah lain di Kukar. Sekolah ini dinilai berhasil mengimplementasikan Google Workspace for Education dan Chromebook secara komprehensif dalam pembelajaran.
Rasian tak lupa menyebut kontribusi Suwito, kepala sekolah sebelumnya, yang kini menjadi Google Certified Coach. “Inovasi berkelanjutan jadi budaya kami. Tiga guru sekarang jadi trainer, dan satu coach. Itu tidak terjadi dalam semalam, tapi lewat kerja keras,” ujarnya.
Kesuksesan ini juga tidak lepas dari dukungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kutai Kartanegara. Melalui kerja sama dengan Starlink, sekolah mendapatkan akses internet stabil, serta perangkat Chromebook yang dibagikan untuk mendukung kegiatan belajar. Energi listrik pun diperkuat melalui pemasangan solar cell berkapasitas 15.000 kWh.
Model transformasi ini bahkan menarik perhatian internasional. Dalam waktu dekat, Kementerian Pendidikan Jepang dijadwalkan mengunjungi SMPN 7 untuk mempelajari langsung strategi digitalisasi yang diterapkan.
Menutup pernyataannya, Rasian berharap kisah sekolahnya bisa menjadi inspirasi bagi sekolah lain, terutama di daerah terpencil. “Kalau SMPN 7 bisa bangkit dari keterbatasan, saya yakin sekolah lain juga bisa. Yang penting punya mimpi dan berani berubah,” pungkasnya.[]
Penulis: Hariyadi | Penyunting: Agus Riyanto