MATARAM – Di tengah pesatnya perkembangan pariwisata Lombok, Desa Sade hadir sebagai oase budaya yang tetap lestari. Terletak di Dusun Sade, Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, tempat ini menyajikan kehidupan tradisional masyarakat Suku Sasak yang masih dijalani secara turun-temurun. (6/06/25).
Desa Sade dikenal sebagai destinasi budaya yang menawarkan pengalaman autentik tentang bagaimana masyarakat Sasak menjaga nilai-nilai adat dalam kehidupan sehari-hari. Rumah-rumah adat dengan atap dari alang-alang, dinding anyaman bambu, serta lantai tanah liat yang dipadatkan menjadi ciri khas arsitektur yang tetap terjaga keasliannya hingga kini. Tidak hanya sebagai objek wisata, rumah-rumah ini juga masih dihuni oleh warga desa yang tetap mempraktikkan gaya hidup tradisional.
Salah satu daya tarik utama desa ini adalah keterampilan membuat kain tenun ikat. Hampir setiap perempuan di Desa Sade mahir menenun, dan keahlian ini diwariskan dari generasi ke generasi. Pengunjung dapat menyaksikan secara langsung proses pembuatan kain tenun yang dikerjakan secara manual dengan alat tradisional. Kain tenun hasil karya warga Sade tidak hanya menjadi cendera mata, tetapi juga digunakan dalam berbagai upacara adat dan sebagai busana sehari-hari masyarakat setempat.
Kehidupan sosial warga Sade ditandai dengan semangat gotong royong dan kesederhanaan. Mata pencaharian utama mereka adalah beternak dan bertani, di samping memproduksi kerajinan tangan untuk dijual kepada wisatawan.
Pengunjung juga berkesempatan menikmati pertunjukan budaya, seperti Peresean—seni tarung tradisional yang melibatkan dua pria bersenjatakan tongkat rotan dan perisai kulit. Selain itu, pertunjukan tari-tarian adat kerap digelar untuk menyambut tamu, terutama pada musim kunjungan wisata.
Selain kekayaan budayanya, Desa Sade juga dikelilingi lanskap alam yang memukau. Hamparan sawah terasering dan perbukitan hijau menghadirkan suasana yang menenangkan dan cocok untuk bersantai dari hiruk-pikuk kota. Banyak wisatawan memilih menghabiskan waktu dengan berinteraksi langsung dengan penduduk, mendengarkan kisah kehidupan mereka, serta memahami bagaimana mereka menjaga tradisi di tengah perubahan zaman.
Letaknya yang strategis, sekitar 30 kilometer dari Kota Mataram atau sekitar satu jam perjalanan darat, membuat Desa Sade mudah diakses oleh wisatawan. Tidak ada tarif masuk resmi untuk mengunjungi desa ini. Pengunjung hanya diharapkan memberikan sumbangan sukarela atau tip kepada pemandu lokal yang dengan ramah menjelaskan berbagai aspek kehidupan masyarakat Sasak. Tarif parkir kendaraan juga sangat terjangkau, yakni Rp2.000 untuk sepeda motor dan Rp10.000 untuk mobil.
Desa Sade bukan sekadar objek wisata, melainkan ruang hidup yang merepresentasikan kekayaan tradisi Nusantara. Kunjungan ke desa ini tidak hanya menyegarkan mata, tetapi juga memperkaya wawasan akan warisan budaya yang terus dijaga dengan penuh kebanggaan. []
Redaksi10