ADVERTORIAL – Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-60 Kecamatan Sebulu tahun ini tidak hanya menjadi penanda usia sebuah wilayah, tetapi juga menjadi refleksi tentang bagaimana kebersamaan, budaya, dan pembangunan berjalan beriringan.
Tradisi Sebulu Beseprah yang digelar di halaman Kantor Kecamatan Sebulu, Selasa (13/05/2025), menjadi sorotan utama. Kegiatan doa bersama dan makan bersama itu dihadiri langsung oleh Bupati Kutai Kartanegara, Edi Damansyah, bersama Sekretaris Daerah Kukar Sunggono, unsur Forkopimda, tokoh agama, serta masyarakat.
Acara dimulai dengan pembacaan tarsul, dilanjutkan dengan doa bersama, lalu puncaknya adalah makan bersama di atas hamparan tikar panjang. Beseprah yang sejak lama dikenal di Tanah Kutai menjadi simbol eratnya hubungan antara pemimpin dan masyarakat.
Camat Sebulu, Edy Fachruddin, menjelaskan bahwa Sebulu Beseprah merupakan bagian dari rangkaian HUT Sebulu yang jatuh pada 12 Mei 2025. Selain doa bersama, momen penting lain adalah peresmian Masjid Al-Idzhar di Desa Sebulu Ilir serta dua posyandu di Sebulu Ilir dan Sebulu Ulu yang dilakukan langsung oleh Bupati Kukar.
“Lebih dari sekadar seremoni, kegiatan ini menjadi momentum untuk membangkitkan kembali semangat gotong royong, kekeluargaan, dan silaturahmi antarwarga,” ujar Edy Fachruddin.
Menurutnya, pembangunan infrastruktur maupun pelayanan masyarakat di Sebulu memang terus berjalan. Namun, nilai budaya seperti tradisi beseprah harus tetap hidup agar identitas masyarakat setempat tidak terkikis zaman.
“Saya berharap kekompakan yang telah terbentuk selama ini bisa terus dijaga. Sinergi seluruh elemen masyarakat sangat diperlukan untuk membawa Kecamatan Sebulu ke arah yang lebih baik,” tambahnya.
Bupati Edi Damansyah menegaskan pentingnya melestarikan tradisi Beseprah. Ia menilai acara semacam ini bukan hanya bernuansa budaya, tetapi juga mengandung nilai sejarah dan spiritual yang tinggi.
“Makna dari Beseprah ini sangat dalam, yaitu syukur atas rahmat Tuhan dan semangat kebersamaan. Inilah yang harus kita lestarikan bersama agar tetap hidup di tengah masyarakat,” ungkap Edi.
Ia menyebut, Beseprah sudah ada sejak masa kerajaan di Tanah Kutai, menjadi simbol bahwa pemimpin dan rakyat duduk sejajar, berbagi makanan dan kebahagiaan bersama.
Edi menambahkan, usia 60 tahun bagi sebuah kecamatan adalah fase kematangan. Layaknya manusia yang memasuki masa bijaksana, Kecamatan Sebulu diharapkan mampu menggunakan energi kolektif masyarakatnya untuk lebih produktif dan maju.
“Selamat ulang tahun ke-60 untuk Kecamatan Sebulu. Semoga semakin maju, rukun, dan sejahtera. Semoga perjuangan para pendahulu kita yang telah membentuk Kecamatan ini menjadi amal jariyah yang terus mengalir,” pungkasnya.
Peringatan HUT Sebulu tahun ini menjadi gambaran nyata tentang bagaimana budaya dan pembangunan dapat berjalan beriringan. Peresmian masjid dan posyandu menunjukkan perhatian pemerintah terhadap fasilitas masyarakat, sementara Beseprah menjadi pengingat bahwa pembangunan tidak boleh meninggalkan akar tradisi.
Kegiatan ini juga memperlihatkan antusiasme warga yang datang dari berbagai desa. Kehadiran masyarakat dalam jumlah besar memberi warna tersendiri, menegaskan bahwa HUT bukan hanya milik pemerintah, tetapi juga milik seluruh warga Sebulu.
Dalam konteks lebih luas, perayaan ini mencerminkan visi Kutai Kartanegara untuk membangun daerah berbasis pada kearifan lokal. Nilai kebersamaan, gotong royong, dan syukur menjadi fondasi yang melandasi setiap langkah pembangunan.
Dengan semangat yang ditunjukkan pada HUT ke-60 ini, Sebulu seakan menegaskan bahwa kemajuan wilayah bukan hanya diukur dari pembangunan fisik, tetapi juga dari kemampuan menjaga harmoni sosial dan melestarikan budaya. []
Penulis: Hariyadi | Penyunting: Agus Riyanto