ADVERTORIAL – Kutai Kartanegara (Kukar) kembali menjadi sorotan dalam peta investasi Kalimantan Timur. Sejumlah indikator menunjukkan geliat ekonomi di daerah ini kian pesat, seiring dengan tingginya minat investor yang menanamkan modalnya. Namun, di balik capaian tersebut, pemerintah daerah melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) tengah menyiapkan langkah lebih terstruktur untuk memastikan pertumbuhan investasi dapat terukur dan memberi dampak langsung bagi masyarakat.
Kepala DPMPTSP Kukar, Alfian Noor, menyampaikan bahwa tahun 2025 target investasi masih mengacu pada dokumen Rencana Strategis (Renstra) 2021–2026, yakni sebesar Rp7,8 triliun. Hingga kini, pihaknya masih melakukan pendataan nilai riil investasi yang telah terealisasi di tahun berjalan. “Pendataan nilai investasi masih dilakukan. Yang jelas setiap tahun kita selalu melebihi dari target yang ditetapkan,” jelas Alfian Noor pada KutaiRaya, Selasa (22/4/2025).
Jika menilik capaian tahun sebelumnya, Kukar berhasil mencatat Rp16 triliun investasi pada 2024. Angka tersebut dua kali lipat dari target yang ditetapkan pemerintah daerah. Pencapaian ini, menurut Alfian, menunjukkan bahwa kepercayaan investor terhadap iklim usaha di Kukar semakin kuat. “Nilai investasi di Kukar selama ini melesat dua kali lipat dari target awal, artinya pertumbuhan investasi di Kukar dinilai baik,” ucapnya.
Namun, meskipun tren positif terus berlanjut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kukar masih dituntut untuk memenuhi target yang ditetapkan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, yakni Rp15 triliun pada tahun ini. Angka tersebut menuntut strategi yang lebih agresif, sekaligus koordinasi lintas sektor agar setiap peluang dapat dimaksimalkan.
Salah satu strategi yang kini tengah dipacu adalah pengembangan kawasan industri di Kecamatan Sanga Sanga dan Marang Kayu. Kedua wilayah itu dianggap sangat potensial untuk tumbuh menjadi sentra ekonomi baru di Kukar. Lokasi yang strategis, dekat dengan jalur distribusi, serta memiliki dukungan infrastruktur dasar menjadi faktor utama pemilihan kawasan tersebut. “Lokasi tersebut sangat strategis, sehingga dinilai memudahkan pengusaha dalam menjalankan usahanya,” ungkapnya.
Langkah awal telah dilakukan dengan menggelar Focus Group Discussion (FGD) bersama berbagai pihak terkait. FGD ini bertujuan menyatukan pandangan mengenai tata ruang, infrastruktur penunjang, serta kebutuhan dasar lainnya yang harus dipenuhi.
Meski demikian, Alfian menekankan bahwa tindak lanjut pengembangan kawasan industri tidak bisa dilakukan secara terburu-buru. Kajian mendetail diperlukan, baik dari aspek teknis, regulasi, maupun dampak sosial ekonomi.
“FGD hanyalah pintu masuk. Setelah itu, harus dilakukan kajian hingga detail. Hal ini penting agar investor mendapat kepastian dan kemudahan dalam menanamkan modalnya di Kukar,” jelasnya.
Jika dilihat dari komposisinya, investasi yang masuk ke Kukar masih didominasi oleh sektor pertambangan, pertanian, dan perkebunan. Tidak hanya itu, sektor minyak dan gas (Migas) juga masih memberikan kontribusi signifikan. Kondisi ini sebenarnya mencerminkan karakteristik Kukar sebagai daerah dengan kekayaan sumber daya alam melimpah.
Namun demikian, ketergantungan pada sektor primer juga menimbulkan tantangan tersendiri. Pemerintah daerah perlu memikirkan diversifikasi investasi agar tidak hanya bergantung pada eksploitasi SDA, tetapi juga mendorong sektor lain seperti manufaktur, industri pengolahan, serta jasa berbasis teknologi.
Bagi Pemkab Kukar, lonjakan nilai investasi bukan sekadar angka pencapaian di atas kertas. Yang lebih penting adalah bagaimana aliran modal tersebut berdampak nyata pada peningkatan lapangan kerja, pemberdayaan masyarakat, serta tumbuhnya ekonomi lokal.
Dengan adanya pengembangan kawasan industri dan strategi yang lebih terukur, pemerintah berharap investasi yang masuk tidak hanya bersifat ekstraktif, tetapi juga membuka peluang usaha baru, menghidupkan UMKM, dan meningkatkan daya saing daerah.
Pada akhirnya, arah pembangunan investasi di Kukar bukan hanya mengejar target nominal, melainkan juga membangun fondasi ekonomi yang inklusif, berkelanjutan, dan memberi manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat. []
Penulis: Hariyadi | Penyunting: Agus Riyanto