DI SEBUAH aula sederhana milik Yayasan Raudatul Hasanah, diapit hijaunya perbukitan dan semilir cahaya pagi yang masih malu-malu menyentuh tanah, sebuah peristiwa senyap tapi berdampak besar tengah berlangsung pada Senin (26/05/2025). Bukan sekadar pelatihan atau seminar seremonial, tetapi forum hidup yang menghidupkan gagasan: kunjungan pembelajaran pengembangan potensi desa.
Kegiatan ini diinisiasi oleh Pemerintah Kabupaten Sumbawa melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD), dalam rangka menyemai pemahaman baru tentang pembangunan desa yang bukan semata pembangunan fisik, melainkan pembangunan jiwa, pola pikir, dan daya tahan sosial-ekonomi masyarakat.
Meja-meja tertata dalam bentuk huruf U, bukan tanpa makna. Bentuk itu mencerminkan prinsip dasar yang sedang ditanam: keterbukaan, kesetaraan, dan arah pandang yang menyatu. Di balik meja itu, hadir berbagai elemen penting desa: Ketua BPD, Kepala Wilayah, Sekretaris Desa, hingga para kader posyandu dan petani yang lebih terbiasa dengan cangkul dan keranjang cabai ketimbang lembar regulasi pemerintah.
Mereka belajar bukan dari buku tebal kebijakan pusat, tetapi dari pengalaman satu sama lain. Mereka mendengarkan bukan sekadar untuk memahami, tapi untuk mengambil bagian dalam perencanaan masa depan desa.
DPMD Kabupaten Sumbawa dalam kegiatan ini tidak sekadar menjadi fasilitator, tetapi juga mitra dialog yang setara. Mereka membuka ruang pertanyaan, menguraikan program-program pemerintah secara kontekstual, dan mengajak peserta melihat potensi desa bukan hanya sebagai sumber daya, melainkan sebagai identitas dan kekuatan sosial.
Kunjungan pembelajaran ini menjadi oase baru dalam tata kelola desa. Ia menyadarkan banyak pihak bahwa membangun desa tidak cukup hanya dengan alokasi anggaran, tapi juga dengan pengakuan terhadap suara masyarakat yang selama ini sering kali terpinggirkan.
Kegiatan diakhiri bukan dengan tepuk tangan, melainkan dengan diam yang khusyuk—karena masing-masing peserta tampaknya sedang sibuk menyusun kembali gagasan dan harapan untuk desanya, di antara bunyi angin dan dedaunan yang bergerak pelan di lereng Sumbawa.
Redaksi01-Alfian