DESA Cintaasih di Kabupaten Bandung Barat kini mendapat pasokan energi terbarukan berkat inisiatif mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB). Sejak November 2024, puluhan mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin (HMM ITB) dan Himpunan Mahasiswa Fisika Teknik (HMFT ITB) melaksanakan program pengabdian masyarakat yang memadukan teknologi dan kepedulian sosial.
Program bertajuk “Kolecer Setrum” ini dipimpin oleh Muhamad Novian Akbar (Teknik Mesin, 2022) dan Luthfi Adi Nugraha (Teknik Fisika, 2021). Dalam program ini, mereka melakukan perawatan terhadap Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) berkapasitas 1000 watt yang telah dibangun sebelumnya, sekaligus menginstalasi sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 600 watt untuk mendukung fasilitas umum di desa, terutama Madrasah Aliyah (MA) Anwarurrohman.
Langkah ini dilakukan sebagai respons atas kendala pasokan listrik yang sering dialami warga setempat. Sekolah sebagai satu-satunya institusi pendidikan formal di desa tersebut menjadi fokus utama agar kegiatan belajar mengajar tidak terganggu akibat keterbatasan energi.
Menurut Novian, program ini tidak hanya ditujukan untuk menyelesaikan masalah teknis, tetapi juga menumbuhkan semangat belajar sains dan teknologi sejak dini. “Kami ingin anak-anak desa mengenal energi terbarukan, dan memahami bahwa teknologi bisa hadir sebagai solusi nyata dari masalah sehari-hari,” ujarnya saat diwawancarai pada Rabu, 12 Juni 2025.
Dalam prosesnya, tim mahasiswa tidak hanya membenahi sistem eksisting, tetapi juga melakukan inovasi. Turbin angin lama yang tidak lagi optimal dijadikan alat peraga edukatif bagi siswa dan guru. Sementara itu, sistem energi baru yang dipasang turut dilengkapi fitur Automatic Transfer Switch (ATS), yang memungkinkan perangkat beralih otomatis ke sumber daya PLN bila baterai tenaga surya habis.
Meski menghadapi tantangan seperti kondisi turbin yang rusak akibat pembongkaran lahan, mahasiswa justru menjadikannya peluang untuk pendekatan baru yang lebih efisien. Kolaborasi lintas jurusan ini juga menunjukkan pentingnya pemahaman lintas disiplin dalam menjawab kebutuhan masyarakat melalui teknologi yang tepat guna.
Program ini dijadwalkan berlangsung hingga Juni 2025 dan diharapkan dapat menjadi model pengembangan energi mandiri untuk wilayah-wilayah terpencil lainnya.
Redaksi01 – Alfian