CAMBA MAROS — Desa mandiri bukan sekadar konsep, tapi cita-cita yang bisa diwujudkan dengan kesungguhan dan strategi yang tepat. Hal ini ditegaskan oleh Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Jurnalis Nasional Indonesia (JNI) Kabupaten Pangkep, Herman Djide, usai melaksanakan salat Idul Adha sekaligus berdialog dengan warga Desa Sawaru, Kecamatan Camba, Kabupaten Maros, Jumat sore (6/6/2025).
Dalam kunjungan tersebut, Herman melihat langsung berbagai potensi lokal yang masih belum tergarap secara maksimal. Menurutnya, desa ini memiliki kekayaan alam dan kearifan lokal yang bisa menjadi sumber Pendapatan Asli Desa (PAD) secara berkelanjutan. Tidak hanya Desa Sawaru, tetapi juga desa lainnya di Kecamatan Camba dan sekitarnya.
“Desa mandiri harus mampu membiayai dirinya sendiri tanpa bergantung penuh pada dana pusat. Dan itu sangat mungkin dilakukan di desa jika potensi lokal dikelola secara inovatif dan terpadu,” ujarnya.
Pimpinan Redaksi Media Indonesia Satu yang dijuluki Media Seribu Portal ini menyebutkan bahwa potensi pertanian organik, sumber daya alam, dan kekayaan budaya desa merupakan kekuatan utama yang perlu segera dioptimalkan. Ia menyayangkan apabila dana desa hanya dihabiskan untuk pembangunan infrastruktur fisik tanpa menciptakan lapangan kerja yang produktif bagi masyarakat.
“Untuk apa membangun jalan yang cantik dan bangunan jika masyarakat masih menganggur dan banyak yang terpaksa merantau ke luar daerah?” tegas Herman.
Ia mendorong kepala desa agar berani menjadi motor penggerak perubahan. Menurut Herman, pemimpin desa perlu memberikan contoh nyata, misalnya dengan membangun pusat inovasi yang menggabungkan ruang pertemuan warga, sarana wisata, dan usaha kuliner yang berdiri di areal sawah untuk menarik pengunjung sekaligus menghidupkan ekonomi desa.
Herman juga menekankan pentingnya membangun siklus ekonomi lokal. Dana yang masuk ke desa, kata dia, seharusnya lebih banyak digunakan untuk membangun ekosistem usaha berbasis potensi desa: kebun, ternak, produk olahan, hingga pengelolaan limbah menjadi pupuk atau kerajinan.
“Jika PAD bisa tumbuh dari potensi yang ada, uang akan berputar di desa. Petani bisa menjual langsung hasil kebunnya, warga bisa membuka usaha kuliner atau wisata, dan pemuda desa tidak perlu lagi keluar mencari pekerjaan,” tambah Herman.
Konsep ekowisata terpadu juga sangat cocok dikembangkan di desa. Dengan bentang alam berupa sawah, gunung, dan rawa-rawa yang eksotis, setiap desa memiliki daya tarik alamiah yang dapat dikemas sebagai destinasi wisata edukasi maupun rekreasi.
Herman mengajak warga untuk terus memperkuat semangat gotong royong dan transparansi dalam pengelolaan keuangan desa. Menurutnya, keberhasilan desa mandiri tidak hanya soal ekonomi, tetapi juga kepercayaan dan partisipasi aktif seluruh warga.
“Desa seperti ini bisa tumbuh mandiri karena rakyatnya dilibatkan penuh, potensi lokal dihormati, dan kepala desa benar-benar hadir sebagai pemimpin yang bekerja, bukan hanya mengatur,” jelas Herman.
Kepala desa, lanjutnya, bisa menjadi contoh inspiratif bagi masyarakatnya jika berani mengambil langkah strategis. Desa bukan lagi objek pembangunan, tetapi subjek utama dalam mewujudkan kemandirian yang berkelanjutan.
Dengan pendekatan yang menyentuh langsung kebutuhan dan kekuatan masyarakat, desa mandiri bukan lagi mimpi. Desa tersebut bisa menjadi titik awal lahirnya desa-desa baru yang kuat dari bawah dan sejahtera dari dalam. []
Redaksi10