DESA SERANGAN – Desa Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan, merupakan salah satu desa wisata yang ada di Denpasar. Di antara sejumlah daya tarik seperti Pura Sakenan, Masjid As-Syuhada, Turtle Conservation and Education Centre (TCEC), kuliner seafood, dan lainnya, di Serangan juga terdapat kerajinan berbahan kerang. Kerajinan kerang tersebut hadir dalam berbagai bentuk, di antaranya penyu, kap lampu, kalung, bokor.
“Ini memang salah satu daya tarik wisata di sini,” ujar I Wayan Sutarja Putra salah satu Perangkat Desa Serangan bagian Umum, Rabu (7/1/2025).
Wayan menuturkan, awal mula dibuatnya kerajinan kerang berawal dari kunjungan wisatawan ke Serangan. “Diperkirakan sekitar 35 tahun lalu, awalnya ada tamu (wisatawan),” urai Wayan.
Wayan melanjutkan, dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, mayoritas warga Desa Serangan mengandalkan kegiatan melaut dan sektor pariwisata. “Reklamasi mengubah wajah wilayah ini pada era 1990 an, sektor pariwisata menjadi andalan selain aktivitas melaut,” kata I Wayan.
Saat badai krisis moneter melanda pada tahun 1998, I Wayan bercerita, masyarakat sangat terpukul sebab pendapatan mereka di bidang aktivitas ekspor barang kerajinan berbahan dasar dari laut seperti kerang langsung terjun bebas.
Salah satu perajin kerang di Desa Serangan yang masih bertahan dari awal hingga kini adalah dua bersaudara I Made Kanan Jaya dan I Made Kartha Jaya. Keduanya dapat dikatakan adalah generasi pertama perajing kerang di sana.
“Kami sekarang praktis hanya melayani berdasar permintaan, made for order, dari beberapa daerah dan juga beberapa negara,” Rabu, (8/1/2025).
Bersyukurnya, lanjut Kanan, beberapa daerah seperti Raja Ampat, Papua hingga pasar luar negeri seperti Maldives dan Yunani, masih menyukai kerajinan yang memanfaatkan limbah seperti yang dikerjakan mayoritas warga Desa Serangan.
“Ketika itu, kerang masih sangat gampang diperoleh. Awalnya sederhana, yakni bulih (sejenis kerang) saya ukir dengan tulisan ‘Bali’,” tutur Kanan. Beberapa hari kemudian, kerajinan kerang tersebut laku, “Ada turis yang membeli.”
Kartha, kakak Kanan, yang sebelumnya sehari-hari hanya bermatapencaharian sebagai bendega (nelayan), bersama Kanan ikut menekuni kerajinan kerang. Puncaknya adalah tahun 1990, pesanan kerajinan kerang meningkat pesat. Pembelinya dari Prancis, Maladewa hingga Kopenhagen. “Sampai ada permintaan 2.000 biji ketika itu,” jelas Kartha.
Dari situ pula perajin kerang bertambah. Dari awalnya hanya Kanan dan Kartha, akhirnya warga sekitar juga menekuni kerajinan kerang. “Karena kami tidak bisa memenuhi permintaan yang semakin banyak,” kata Kartha.
Fluktuasi Usaha Kerajinan Kerang Desa Serangan
Beberapa peristiwa besar seperti bom Bali dan pandemi yang mengakibatkan pariwisata Bali sempat ‘mati’, ikut membuat sekarat kerajinan kerang di Desa Serangan. Pesanan tidak lagi ramai, sehingga perajin pun menyusut.
Dari belasan orang, kini tinggal Kartha dan adiknya, yang masih aktif. Selain itu, bahan baku kerajinan kerang juga semakin langka. “Untuk tambahan bahan baku saya membeli dari Tuban, Kecamatan Kuta, Badung,” ujar Kartha.
Selain itu, Kartha mengaku mengkombinasikan dengan limbah lain, yakni batok kelapa. “Saya dominan membuat (kerajinan berbentuk) penyu. Untuk kerajinan penyu harganya dari Rp 20.000 sampai Rp 300.000,” terang Kartha.
Memang permintaan kerajinan kerang tidak seramai dulu, namun masih tetap bertahan sampai sekarang.
“Ada saja wisatawan yang langsung datang membeli,” kata Kartha. Selain itu dia melayani pesanan dari hotel dan pihak lain yang meminta souvenir dari kerajinan kerang.
Kerajinan Cangkang Kerang Desa Serangan
Berbagi bahan bekas atau limbah laut dapat disulap menjadi kerajinan tangan bernilai jual tinggi. Seperti salah satunya kerajinan tangan berbahan baku limbah cangkang kerang laut, yang disulap menjadi aneka kerajinan menarik atau memiliki nilai ekonomis tinggi.
“Kerajinan ini selain memanfaatkan limbah cangkang kerang didapat dari restoran, limbah cangkang kerang juga dicari langsung di sekitar daerah pesisir Desa Serangan,” jelas Kartha.
Kartha menyampaikan, berbagai jenis produk dapat dihasilkan mulai hiasan gantungan untuk interior, tempat lampu, hand sanitizer, tempat sabun, juga dapat dipadukan dengan bentuk-bentuk produk lainnya. “Ada berbagai jenis produk dapat dipadukan dengan kerang ini,” ujarnya.
Lama pengerjaan beragam tergantung tingkat kesulitan dan bentuk diinginkan, ungkap Kartha. “Mulai dari membutuhkan waktu dua jam hingga paling lama dua hari, dengan harga produk dibanderol mulai Rp 10.000,- hingga Rp 500.00,- per item.” cetusnya.
Kartha mengungkapkan, produk kerajinan ini dipasarkan di daerah pariwisata seperti di Nusa Dua dengan peminat wisatawan mancanegara asal Jepang, Australia, Italia yang hendak membelinya sebagai buah tangan.
Sejak mendapat pendampingan dari Direktorat Pengembangan Produk Non Konsumsi Kementerian Perikanan dan Kelautan (KKP), kelompok perajin kerang yang dirintis warga Desa Serangan, akhirnya dapat mengembangkan kegiatan usahanya dan memiliki tempat workshop yang lebih representatif.
Pihaknya, melibatkan puluhan warga desa. Mereka dibayar berdasarkan sistem borongan. Jika sepi, hanya beberapa saja warga dipekerjakan, karena pihaknya tidak mampu jika harus mempekerjakan mereka. Kini, usaha kerajinan I Made Kanan Jaya, rata-rata per bulannya omzetnya mencapai Rp 18 Juta per bulan.[]
Redaksi10