Akulturasi Budaya & Pluralisme Tersaji dalam Wisata Perdamaian di Srumbung Gunung

SEMARANG – Di kaki Gunung Ungaran, Dusun Srumbung Gunung yang berada di Desa Poncoruso, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, menghadirkan konsep Desa Wisata Kreatif Perdamaian (DWKP) yang menjadi bukti kuat keberagaman agama dan budaya yang harmonis.

DWKP Srumbung Gunung menampilkan taman ikon perdamaian berupa enam tugu berjejer yang masing-masing merepresentasikan simbol agama dan kepercayaan: Gamahira (Hindu), Salib (Nasrani), Bulan Bintang (Islam), Yin Yang (Khonghucu), Roda Dhamma (Budha), dan Semar (Kejawen). Enam simbol tersebut berdiri berdampingan seolah menyatu dalam satu bingkai, melambangkan toleransi dan harmoni masyarakat setempat.

Tak hanya menghadirkan simbol religius, pengunjung juga disuguhkan panorama alam berupa hamparan sawah hijau dan panorama Gunung Ungaran yang menenangkan. Lokasi ini dapat dijangkau sekitar 5 km dari pertigaan Cimory, belok kanan menuju pertigaan Desa Wisata kemudian tinggal 500 meter menuju lokasi.

Menurut Eko Widodo, Ketua Pokdarwis DWKP Srumbung Gunung, konsep perdamaian ini lahir dari gagasan pemuda Karang Taruna Desa Poncoruso pada tahun 2019. Setelah melakukan studi banding dan pendekatan dengan pendamping akademik, kemudian teman-teman membentuk Komunitas Creative Peace Srumbung Society (CPSS) dan menjadikan ide tersebut sajian utama desa wisata.

“DWKP Srumbung Gunung mulai dikembangkan pada tahun 2019… Kita lalui proses studi banding dan diskusi, lalu muncul konsep Wisata Perdamaian,” ujarnya.

Pengembangan kemudian diakselerasi dengan kerja sama tiga tahun bersama tim pengabdian masyarakat dari Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, resmi diluncurkan sebagai DWKP Srumbung Gunung pada tahun 2020 dan disempurnakan hingga awal 2022.

“Kita wujudkan konsep dan tujuan itu dengan membangun Taman Icon Perdamaian… pelaksanaan bertahap mulai pertengahan tahun 2020 hingga awal 2022,” tambah Eko Widodo.

Hingga kini, pluralisme tetap hidup rukun di dusun seluas sekitar 127 hektar, di mana masyarakat yang memeluk Islam, Kristen/Katolik, Budha, Hindu, dan Kejawen hidup berdampingan tanpa konflik. Tradisi kebudayaan seperti kuda lumping, reog, karawitan, serta kesenian religi dan ritual lokal seperti nyadran dan merti dusun tetap dilestarikan dalam kehidupan kolektif.

Prestasi DWKP tak kalah gemilang: terpilih sebagai 300 Besar Desa Wisata Anugerah Desa Wisata (ADW) 2021 tingkat nasional, sesuai rekomendasi World Tourism Organization yang menyebut pariwisata sebagai agen perdamaian global.

Untuk meningkatkan pengalaman pengunjung, DWKP menyediakan sejumlah paket wisata edukatif:

  • Pelatihan Batik Ciprat & Ecoprinting (Rp 120 ribu/orang)

  • Pelatihan Jamu Tradisional (Rp 27 ribu/orang)

  • Paket Peace Camp 2 hari 1 malam (Rp 175 ribu/orang)

  • Outing Class edukatif seperti menari, gamelan, menanam dan panen padi (Rp 20 ribu/orang)

Setiap paket minimum 20 peserta, mencakup fasilitas lengkap seperti narasumber, snack, souvenir, dan aktivitas komunitas yang memperkuat nilai-nilai perdamaian serta kegiatan lintas agama tanpa diskriminasi.

DWKP Srumbung Gunung hadir sebagai simbol nyata bagaimana akulturasi budaya dan pluralisme bisa dijadikan kekuatan wisata kreatif yang damai, mendidik, dan memberdayakan masyarakat desa.

Redaksi03

About adminfahmi

Check Also

Desa Sade Jadi Inspirasi Kalbar Bangun Desa Wisata Berbasis Budaya

PONTIANAK – Kunjungan kerja Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kalimantan Barat, Windy Prihastari, …

Pedang Buatan Desa Cibatu Sukabumi Jadi Suvenir untuk Presiden Rusia

SUKABUMI – Suara dentuman logam masih akrab terdengar dari bengkel-bengkel kecil di Desa Cibatu, Kecamatan …

Kirab Budaya Desa Miagan di Jombang Angkat Tema Persatuan dan Keindahan

JOMBANG – Pemerintah Desa Miagan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang, terus menggeliat dalam memperkenalkan potensi lokal …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *