BALANGAN – Mesiwah Pare Gumboh (MPG) merupakan ritual adat panen suku Dayak Deah di Desa Liyu, Kecamatan Halong. Tradisi ini tidak hanya menjadi sarana pelestarian budaya lokal, tetapi juga memperkuat nilai kekerabatan masyarakat melalui semangat gotong royong dan keharmonisan hidup.
Kepala Desa Liyu, Sukri, menyampaikan bahwa Mesiwah Pare Gumboh adalah bentuk rasa syukur masyarakat terhadap berkah panen dan harmoni hidup yang dianugerahkan oleh Tuhan YME. “Mesiwah Pare Gumboh bukan sekadar pelestarian budaya, namun memiliki misi penting menjaga dan merawat tradisi serta membawa misi sosial sebagai perekat kekerabatan di tengah masyarakat,” jelas Sukri dalam keterangan tertulis, Senin (17/7).
Tahun ini, perayaan MPG mengangkat tema “Meruwat Tradisi Sebagai Implementasi Ketahanan Pangan Budaya Dayak Deah.” Acara ini tidak hanya berisi ritual adat, tetapi juga menjadi ajang pertemuan lintas generasi dan simbol kebanggaan terhadap identitas lokal.
Sejak pertama kali digelar pada 2019, ketika Desa Liyu masih berstatus desa tertinggal, MPG telah menjadi bagian dari transformasi desa. Kini, dengan status sebagai Desa Mandiri, perayaan ini menjadi bukti bahwa pembangunan dan kebudayaan dapat berjalan berdampingan.
External Relations Division Head PT Adaro Indonesia, Rilando Kurniawan, menyebut budaya yang hidup dan mengakar seperti ini merupakan kekuatan masyarakat. “Melalui gotong royong hingga ritual adat, tumbuh jaringan sosial yang saling menguatkan,” ucap Rilando.
Adaro bersama Yayasan Amanah Bangun Negeri (YABN) telah mendampingi masyarakat adat Desa Liyu melalui program pemberdayaan dan penguatan kelembagaan adat. Dukungan tersebut diwujudkan dengan pembangunan berbagai fasilitas seperti revitalisasi Balai Adat Desa, jembatan gantung wisata, camping ground, dermaga perahu, fasilitas listrik, dan distribusi air bersih.
Pengembangan wisata budaya ini juga terintegrasi dengan Program Bina Desa yang bertujuan meningkatkan ekonomi lokal melalui budidaya padi Gogo varietas unggul.
Sekretaris Daerah Kabupaten Balangan, Sufianoor, menegaskan pentingnya menjaga budaya sebagai identitas daerah. “Pelajaran hidup berdampingan dengan alam, mengambil manfaat tanpa merusak adalah sesuatu yang diwariskan oleh leluhur dan patut terus dijaga,” ungkapnya.
Redaksi03