KUDUS – Semangat pelestarian budaya dan promosi potensi desa kembali mengemuka dalam Kirab Budaya yang digelar meriah di Desa Karangrowo, Kecamatan Undaan, Minggu siang (20/7/2025). Kegiatan tahunan ini telah menjadi tradisi selama lebih dari dua dekade dan merupakan bagian dari peringatan haul tokoh leluhur desa, Mbah Luwur Buyut Sipah.
Selain sebagai bentuk penghormatan terhadap para leluhur, kirab budaya ini juga menjadi sarana warga desa untuk menampilkan kekayaan hasil bumi, kuliner lokal, hingga inovasi desa yang berbasis kearifan lokal. Tradisi ini juga mempererat jalinan sosial antarkelompok masyarakat dan menjadi penggerak roda ekonomi desa.
Kepala Desa Karangrowo, Heri Darwanto, menjelaskan bahwa kegiatan ini melibatkan seluruh elemen masyarakat desa, termasuk perangkat desa, RT, BPD, hingga masyarakat Dukuh Kerajaan. Bahkan, sejumlah pegiat budaya dari luar daerah seperti Pati, Jepara, Demak, dan Blora turut hadir, bersama komunitas budaya seperti Paguyuban Keraton Surakarta (Pakasa) dan Forum Desa Wisata Kabupaten Kudus.
“Tahun ini ada 16 gunungan yang dikirab. Masing-masing berasal dari kepala desa, perangkat desa, BPD, dan 15 RT yang ada di Karangrowo,” jelas Heri Darwanto.
Gunungan-gunungan tersebut dihiasi beragam hasil bumi seperti jagung, semangka, gambas, kacang panjang, jambu, padi, serta aneka jajanan pasar. Menurut Heri, gunungan merupakan simbol rasa syukur atas hasil panen dan keberlimpahan alam yang dimiliki Karangrowo.
“Gunungan ini bentuk nyata dari kekayaan alam Karangrowo. Kami ingin mengenalkan bahwa desa ini punya potensi besar di sektor pertanian dan kuliner,” ungkapnya.
Salah satu sorotan utama kirab budaya kali ini adalah sajian kuliner khas semur kutuk—makanan berbahan dasar ikan gabus yang ditangkap dari rawa sekitar desa. Kuliner ini telah menjadi ikon Karangrowo karena cita rasanya yang khas dan kandungan gizinya yang tinggi.
“Semur kutuk dari Karangrowo ini istimewa. Setiap tahun kita tampilkan di kirab sebagai bagian dari identitas kuliner desa,” tambah Heri.
Tradisi kirab budaya di Karangrowo telah berlangsung selama 24 tahun dan dinilai berhasil menjaga semangat gotong royong serta mempertahankan jati diri desa. Pemerintah desa berharap kegiatan ini terus dilestarikan dan dikembangkan menjadi daya tarik wisata unggulan di wilayah selatan Kudus.
“Semoga Karangrowo terus gemah ripah loh jinawi, dan tradisi ini bisa terus lestari hingga generasi mendatang,” ucap Heri.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus, Mutrikah, mengapresiasi semangat dan kreativitas warga Karangrowo dalam mengembangkan potensi desa secara mandiri. Ia menyebut Karangrowo sebagai contoh nyata desa wisata yang tumbuh dari kekuatan masyarakat, bukan semata program pemerintah.
“Yang membanggakan, semua dikelola mandiri oleh masyarakat melalui koordinasi RT-RW. Ini membuktikan bahwa pengembangan desa wisata harus tumbuh dari partisipasi warga,” tuturnya.
Mutrikah juga menyoroti perkembangan ekonomi kreatif yang terlihat dalam kirab budaya, mulai dari fashion ibu-ibu hingga produk UMKM lokal. Ia optimistis Karangrowo akan terus tumbuh menjadi destinasi unggulan wisata budaya dan ekonomi kreatif di Kudus.
“Kita optimis Karangrowo bisa melahirkan generasi hebat, penuh kreativitas dan inovasi, yang mampu menjadikan desa ini sebagai magnet baru wisata Kudus,” pungkasnya.
Redaksi03